BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Jantung sebagai sebuah pemompa darah
yang terdiri dari dua pompa yang terpisah yakni jantung kanan yang memompa
darah ke paru- paru dan jantung kiri yang memompa darah ke organ- organ
perifer. Selanjutnya setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua
ruang pompa yang dapat berdenyut yang terdiri atas satu atrium dan satu
ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah, bagi
ventrikel yang membantu mengalirkan darah masuk ke ventrikel. Ventrikel
selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah
ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer.
Penyakit jantung merujuk pada penyakit
menyerang jantung dan sistem pembuluh darah. Jantung merupakan organ strategis
dalam tubuh seseorang karena perannya sebagai pemompa darah. Ada banyak
penyebab penyakit jantung, seperti pola hidup, kelainan bawaan sejak lahir, dan
pola makan yang tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat mematikan dari
penyakit jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria. Contoh contoh
penyakit jantung antara lain gagal jantung, masalah pada katup jantung,
aritmia, perikarditis, dan penyakit jantung koroner.
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah penyakit jantung ini adalah
:
1.
Apa saja penyakit jantung dan penyebab penyakit jantung?
2.
Apa gejala- gejala penyakit jantung?
3.
Bagaimana Diagnosis pertama penyakit jantung?
4.
Bagaimana penanganan dan perawatan penyakit jantung?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah penyakit jantung ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apa saja penyakit jantung dan penyebabnya.
2.
Untuk mengetahhui gejala- gejala penyakit jantung.
3.
Untuk mengetahui diagnosis pertama penyakit jantung.
4.
Untuk mengetahui cara penanganan dan perawatan penyakit jantung
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
Jantung (bahasa latin : cor) adalah
sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah
oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ manusia
yang berperan dalam sistem peredaran darah.
Serangan jantung adalah sebuah kondisi
yang menyebabkan jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya
terjadi mendadak dan sering di sebut gagal jantung. Penyebabnya bervariasi,
namun penyebab utamanya adalah terhambatnya suplai darah ke otot jantung oleh
karena itu pembuluh- pembuluh darah yang biasanya mengalirkan darah ke otot-
otot jantung tersebut tersumbat atau mengeras yang bisa disebabkan oleh lemak
dan kolesterol atau pun oleh karena zat- zat kimia seperti penggunaan obat yang
mengandung Phenol Prophano Alanin (PPA) yang banya di temukan dalam obat –obat
seperti Decolgen, dan Nicotin.
B.
Penyakit Jantung
Ada berbagai macam penyakit jantung yaitu :
1.
Gagal Jantung
Gagal jantung adalah keadaan dimana
jantung tidak bisa memasok aliran darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
berpotensi mematikan. Penyakit jantung jenis ini memiliki gejala antara lain :
pembengkakan pada kaki dan tangan, penambahan atau pengurangan berat badan
sebelum terjadi pembengkakan karena kelebihan cairan, napas pendek, kelelahan
yang terus menerus, angina atau ketidak nyamanan pada dada dan lengan karena
penyumbatan arteri koroner.
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
abnormal (Mansjoer, 2001).
Ada 2 penyakit gagal jantung :
1. Gagal jantung kiri / gagal jantung ventrikel kiri : terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel
kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan terakhir
diastolek dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastolik dalam ventrikel kiri
meningkat
2.
Gagal
jantung kanan. Dapat terjadi karena gangguan / hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan, sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului
oleh adanya gagal jantung kiri sehingga tekanan dan volume akhir diastolek
ventrikel kanan akan meningkatkan dan keadaan menjadi beban bagi atrium kanan
dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik.
Gejala Gagal Jantung
1.
Napas terengah-engah
2.
Sering batuk, terutama ketika berbaring
3.
Pembengkakan perut, kaki dan telapak kaki
4.
Keletihan atau kurang energi
5.
Kepala terasa pening atau pusing
6.
Naik berat badan akibat penahanan cairan
Mendiagnosis Gagal Jantung
Angiogram koroner dapat dilakukan untuk
mendiagnosis penghambatan yang menyebabkan gagal jantung. Sebuah pewarna
disuntikkan ke dalam aliran darah dan menjelajahi seluruh pembuluh darah di
dalam jantung dan tubuh. Pewarna ini terlihat dalam pemeriksaan sinar x,
sehingga menjadikan pembuluh darah terlihat dalam angiogram. Hal ini
memungkinkan dokter untuk menemukan pembuluh darah yang terhalang atau
menyempit (Herdin, 2005).
2.
Serangan Jantung (heart valve disease)
Serangan jantung adalah suatu kondisi
penyempitan/blokade pada sebagian pembuluh darah sehingga aliran darah ke
jantung terhambat, dan terjadi penurunan suplai oksigen dan zat makanan yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung. Kondisi penghambatan
tersebut terjadi secara tiba-tiba atau mendadak yang umumnya menimbulkan nyeri
atau ketidaknyamanan di tengah dada dalam beberapa menit.
Serangan jantung (heart valve disease)
adalah keadaan dimana salah satu atau lebih katup jantung tidak bekerja dengan
baik. Dalam beberapa kasus orang-orang terlair dengan masalah pada katup
jantung sedangkan beberapa orang mendapatkan kelainan pada katup dimasa
hidupnya. Kelainan pada katup jantung ini disebabkan oleh infeksi, usia, dan
penyakit lain. Hampir tidak ada kejala yang ditemukan pada penderita kelainan
penyakit jantung.
Penyebab utama serangan jantung adalah
terhambatnya aliran darah ke jantung. Hambatan ini disebabkan oleh :
1.
Penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan
dan kekakuan pada pembuluh darah disebut pengerasan pada arteri atau
aterosklerosis. Penumpukan lemak dapat terjadi akibat : merokok, diet yang
tidak sehat, dan kurang aktivitas.
2.
Bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Selain itu,
serangan jantung juga dapat dipicu oleh adanya beberapa faktor risiko berikut:
1.
Usia
2.
Jenis kelamin
3.
Riwayat keluarga
4.
Riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya
5.
Kadar lemak darah tinggi (hiperlipidemia)
6.
Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, sindrom metabolik
7.
Stres kronis
8.
Penggunaan obat tertentu
9.
Denyut jantung tidak teratur
Gejalanya
Serangan jantung umumnya diawali dengan rasa sakit atau ketidaknyamanan di
tengah dada yang berlangsung lebih dari beberapa menit atau hilang timbul.
Ketidaknyamanan yang terjadi bisa berupa rasa tertekan, seperti diremas-remas.
Rasa sakit dan ketidaknyamanan juga terasa di telapak tangan, bahu kiri, siku,
rahang atau punggung. Gejala lainnya adalah:
1.
Kesulitan bernapas atau napas pendek
2.
Merasa tidak enak badan atau muntah
3.
Pusing
4.
Keringat dingin
5.
Pucat
Ada tiga jenis penyakit katup jantung atau serangan
jantung yaitu antara lain kebocoran, penyempitan, dan katup tanpa lubang. Tidak
ada obat untuk kelainan katup jantung selain operasi. Penderita yang tidak
terkena penyakit katup jantung sejak lahir dapat menjaga pola makan dan pola
hidupnya utuk terbebas dari penyakit ini (Herdin, 2005).
3.
Aritmia
Aritmia yang pada umumnya dikenal
sebagai desiran jantung, adalah kondisi di mana laju detak jantung terlalu
cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Takikardia adalah kondisi di mana
jantung berdetak terlalu cepat. Bradikardia terjadi ketika detak jantung
terlalu lambat. Aritmia tidak berbahaya, yang lainnya dapat mengancam nyawa.
Beberapa aritmia dapat menyebabkan jantung tidak
memompakan cukup darah ke tubuh, sehingga menyebabkan kemungkinan kerusakan
pada otak, jantung dan organ vital lainnya. Aritmia dapat disebabkan oleh
serangan jantung sebelumnya. Kondisi lain yang juga merusak sistem listrik
jantung mencakup tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan gagal
jantung. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti merokok, peminum berat,
terlalu banyak kafein dan penyalahgunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan
aritmia.
Aritmia adalah penyakit jantung yang mengganggu yakni
gangguan irama atau detak jantung. Detak jantung bisa lebih cepat, lebih
lambat, dan tidak teratur. Faktor utama penyakit aritmia adalah kurangnya
kalsium dalam tubuh dan terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung.
Penyumbatan pembuluh darah jantung yang juga berefek pada
detak jantung yang tidak normal akan berakibat pada serangan jantung. Selain
itu penyebab aritmia lainnya yaitu diabetes, tekanan darah tinggi, merokok,
kaffein, alkohol, strees, kematian otot jantung, penyalahgunaan obat da terlalu
aktifnya kelenjar tiroid.
Gejala Aritmia mencakup:
1.
Keletihan atau kurang energi
2.
Palpitasi
3.
Kecemasan
4.
Berkeringat
5.
Napas terengah-engah
6.
Nyeri dada
Prosedur medis
Alat pacu jantung digunakan pada pasien
yang detak jantungnya terlalu lambat serta mereka yang memiliki detak jantung
tidak teratur. Alat pacu jantung adalah perangkat kecil yang diletakkan di
bawah kulit di dada atau perut yang membantu mendeteksi kepekaan listrik
jantung. Ketika alat ini merasakan irama jantung yang tidak normal, maka akan
mengirimkan impuls listrik pada irama jantung yang tepat. Perangkat serupa
bernama Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mengendalikan aritmia yang
mengancam nyawa dengan memantau detak jantung secara terus menerus dan
mengirimkan kejutan listrik untuk memulihkan detak jantung normal.
Kardioversi dapat dilakukan dengan
menggunakan kejut energi (kardioversi listrik) atau obat-obatan (kardioversi
farmakologis). Kardioversi listrik atau defibrilasi adalah sebuah proses di
mana sentakan listrik dikirim ke jantung untuk memperbaiki irama jantung. Namun
demikian, proses ini hanya cocok untuk jenis aritmia tertentu yang mengancam
nyawa (Herdin, 2005).
4.
Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan pada
kantong jantung atau perikardium sehingga menimbulkan penimbuna cairan dan
penebalan. Peradangan ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi virus
dan terapi penyinaran untuk kanker payudara.
Gejala yang timbul akibat perikarditis
adalah sesak napas, batuk, tekanan darah tinggi dan kelelahan akibat kerja
jantung menjatu tidak efisien. Penyakit jantung ini bisa didiagnosa melalui MRI
atau Kateterisasi jantung. Mengkonsumsi obat untuk mengurangi cairan dapat
membantu mengurangi gejala perikarditis, tetapi kesembuhan total dilakukan
dengan mengangkat perikardium.
Pericarditis adalah proses peradangan
yang mencakup lapisan parietal dan viseral dari pericardium dan lapisan terluar
dari myocardium. Pericarditis terjadi sebagai proses isolasi atau komplikasi
dari penyakit sistemik. Pericarditis dikatakan akut atau kronik ditentukan dari
serangannya frekuensinya, terjadinya dan gejala-gejalanya. Pericarditis acut
dapat terjadi dalam 2 minggu dan hal tersebut bisa mengganggu sampai 6 minggu,
disertai dengan effusion atau tamponade, Pericarditis kronis diikuti oleh
pericarditis akut dan gejalanya selambat-lambatnya 6 bulan.
Perikarditis Kronis adalah suatu
peradangan perikardium yang menyebabkan penimbunanan cairan atau penebalan dan
biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung lama. Pada Perikarditis
Efusif Kronis, secara perlahan cairan terkumpul di dalam perikardium. Biasanya
penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker,
tuberkolosis atau penurunan fungsi tiroid. Jika memungkinkan, penyebabnya
diobati, jika fungsi jantung normal, dilakukan pendekatan dengan cara menunggu
dan melihat perkembangannya.
Perikarditis konstriktif kronis adalah
penyakit yang jarang terjadi jika jaringan fibrosa terbentuk disekitar jantung.
Jaringan fibrosa cenderung untuk menetap selama bertahun-tahun, menekan jantung
dan membuat jantung menjadi kecil. Penekanan jantung akan menyebabkan
meningkatnya tekanan didalam vena yang mengangkut darah kejantung karena
mengisi jantung diperlukan tekanan yang lebih tinggi. Cairan akan mengalir balik dan kemudian meresap dan terkumpl
dibawah kulit, didalam perut dan kadang-kadang dirongga sekitar paru-paru(Mansjoer,2001)
Gejala
1.
Kelelahan, Kelemahan
2.
Takikardia, Disritmia
3.
Dispneu dengan aktifitas
4.
Nyeri pada dada anterior diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan
menelan, berbaring.
5.
Demam karena infeksi virus, bakteri, jamur.
Gejala-gejala yang dapat menjadi
petunjuk penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan
darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katub jantung.
5.
Penyakit jantung koroner
Penyakit Jantung Koroner adalah
penyempitan pembuluh darah kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung. Ini
disebabkan oleh pembentukan plak di dinding arteri, dikenal pula sebagai
pengerasan arteri. Pembentukan plak ini dapat menyertai perpaduan pradisposisi
genetik dan pilihan gaya hidup. Faktor risiko mencakup usia, jenis kelamin,
riwayat genetik dan ras. Faktor lain yang memengaruhi kemungkinan CCHD mencakup
kolesterol tinggi, merokok, penyalahgunaan substansi dan masalah berat badan.
Jika dibiarkan tidak diperiksa, CHD dapat menyebabkan serangan jantung dan
bahkan kematian.
Gejala
Penyakit Jantung Koroner mencakup:
1.
Nyeri dada (angina)
2.
Napas terengah-engah
3.
Keletihan setelah kegiatan fisik
4.
Merasa berat
5.
Jantung terasa seperti diremas
Penyakit jantung koroner disebabkan
oleh lapisan lemak atau kolestrol didinding nadi yang menyumbat pembuluh darah,
sehingga suplai darai dari jantung dan kejantung terganggu. Ketika darah terus
tersumbat lapisan lemak maka inilah yang disebut serangan jantung.
Gejala-gejala penyakit jantung seperti nyeri didada bagian tengah yang menjalar
kelengan kiri dan leher bahkan sampai kepunggung, keringat dingin dan rasa
mual.
Seperti halnya anggota tubuh yang lain,
jantung memerlukan oksigen dan zat makanan sebagai sumber energi agar dapat
memompa darah ke seluruh tubuh. Bagian yang berperan mengantarkan zat makanan
dan oksigen ini adalah pembuluh darah koroner. Pembuluh koroner merupakan
cabang dari pembuluh besar aorta jantung. Jantung memiliki empat cabang besar
pembuluh koroner, Pipa pembuluh darah koroner melekat pada dinding jantung.
Penyakit jantung koroner terjadi jika pembuluh darah koroner tersumbat.
Manifestasi penyakit jantung koroner disebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen sel otot jantung dengan masukannya. Penyaluran oksigen yang
kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung
(Nadesul, 2009).
6.
Penyakit jantung bawaan sejak lahir
Otot jantung yang lemah merupakan
kelainan jantung bawaan sejak lahir. Hal ini membuat penderita tidak bisa
melakukan aktivitas yang berlebihan karena pemaksaan kinerja jantung yang
berlebihan akan menimbulkan rasa sakit dibagian dada dan kadangkala akan
menyebabkan tubuh tampak kebiru-biruan, penderita lemah otot jantung ini mudah
pingsan.
Penyakit jantung bawaan sebetulnya penyakit sejak lahir yang di mana si
buah hati masih dalam kandungan dengan keadaan yang kurang sempurna di bagian
jantung. Misalnya saja terdapat kebocoran jantung saat pembentukan jantung
sewaktu masih dalam janin. Hal tersebut yang menjadikan penyakit jantung
bawaan, maksudnya bawaan tersebut adalah penyakit atau ketidak sempurnaan
jantung sewaktu masih dalam kandungan.
Selain itu masih banyak lagi
jenis penyakit jantung bawaan sejak lahir pada anak. seperti
pembuluh darah terbalik (TOF), Patent Ductus Arteriosus (PDA), bocor pada bagian bawah/Ventrical Septal Defect (VSD),
bocor pada bagian atas/Atrial Septal Defect (ASD), dan mungkin masih ada lagi
yang lainnya.
Penyakit jantung bawaan diderita
sekitar satu persen dari jumlah kelahiran hidup dan sebagian besarnya harus
dioperasi. Penyakit ini sudah dapat dideteksi melalui USG sejak bayi berusia 20
minggu di kandungan.Bila dideteksi saat kehamilan dokter akan melakukan
tindakan intervensi agar kelainan penyakitnya tidak parah. Deteksi kelainan jantung bawaan juga bisa dilakukan saat bayi lahir.
Penyebab Penyakit Jantung Bawaan
Walaupun penyakit jantung bawaan seperti penyakit yang tak bisa
terhindarkan, namun dalam penelitian mendapati ada beberapa penyebab penyakit jantung bawaan yang menjadikan si buah hati lahir dalam
keadaan tidak sempurna. Seperti disebabkan pengaruh obat-obatan/minum
banyak anti biotik, makanan (pengawet, instan, pewarna
kimia, dll), polusi udara dan lain sebagainya.
Risiko bayi menderita penyakit jantung bawaan meningkat jika ibu hamil
punya kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan memiliki riwayat
penyakit ini dalam keluarga.
Gejala Penyakit Jantung Bawaan
Pada bayi
penyakit jantung bawaan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya lekas
letih, ada gangguan tumbuh kembang, sering panas dan batuk, ada gangguan atau
sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas. Gejala khas lainnya adalah
biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Meski begitu ada juga yang tidak bergejala
biru.
C.
Penyebab dan Pencegahan Penyakit
Jantung
Sejumlah perilaku dan gaya hidup kurang sehat yang sering
dijumpai antara lain mengonsumsi makanan siap saji dengan kadar lemak tinggi,
kebiasaan merokok, minuman berakohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress. Pergeseran gaya hidup ini mempercepat munculnya berbagai penyakit
degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung (Utami, 2009).
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung
dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor resiko sehingga
mengurangi peluang terkena penyakit jantung. Pencegahannya antara lain dengan
cara :
1.
Hindari obesitas dan kolesterol tinggi. Mulailah dengan mengkonsumsi
sayuran, buah- buahan, padi- padian, makanan berserat dan ikan. Kurangi
mengkonsumsi daging, makanan kecil atau cemilan dan makanan berkalori tinggi
yang banyak mengandung lemak jenuh. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
akan tertimbun dalam dinding pembuluh darah yang menyebabkan aterosklerosis
yang memicu penyakit jantung.
2.
Berhenti merokok, merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang
sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri dan meningkatkan faktor
pembekuan darah yang memicu penyakit jantung.
3.
Kurangi minum alkohol. Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah
jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri. Melakukan olahraga
agar dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol dan
menurunkan tekanan darah, yang merupakan faktor resiko terkena jantung.
BAB III
DIAGNOSTIK PENYAKIT JANTUNG
Semakin banyak teknik diagnostik
canggih yang memungkinkan kita mendeteksi penyakit jantung dan cacat klinisnya.
Tetapi penggunaan teknik-teknik ini dan interpretasi hasil pemeriksaan gan
hanyalah merupakan pelengkap penilaian klinis dan sistematis dari pasien
yang bersangkutan, dan bukan merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan,
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap dari pasien tersebut. Karena itu, suatu
tinjauan singkat dari pemeriksaan sistematis di samping tempat tidur penderita
penyakit jantung harus dilakukan sebelum melangkah ke prosedur diagnostik yang
umum (Guyton, 1994).
1.
PENILAIAN KLINIS
Penilaian klinis sistematis mencakup pemeriksaan fisik
dan riwayat penyakit pasien secara lengkap dengan memakai teknik inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler harus
meliputi jantung dan sistem pembuluh darah perifer (Guyton, 1994).
2.
Anamnesis
Anamnesis mencakup penilaian dari gaya hidup individual
serta pengaruh penyakit jantung terhadap kegiatan sehari-hari bila bertujuan
merawat penderita dan bukannya penyakit itu sendiri. Tanda dan gejala penyakit
jantung dibawah ini sering kali ditemukan pada pengambilan riwayat penderita
penyakit jantung:
a.
Angina, atau nyeri dada akibat kekurangan oksigen atau iskemia miokardium
b.
Dispnea, atau kesulitan dalam bernafas akibat meningkatnya usaha bernafas
yang ada hubungannya dengan kongesti pembuluh pulmoner dan perubahan kemapuan
pengembangan paru-paru; ortopnea, atau kesulitan bernafas pada posisi
berbaring; dispenea paropsismal nokturnal, atau seraangan yang terjadi pada
waktu beristirahat di malam hari akibat payah ventrikel jantung
c.
Palpitasi, atau meraskan denyut jantung sendiri karena perubahan dalam
kecepatan denyut, keteraturan atau kekuatan kontraksi jantung
d.
Edema perifer, atau pembengkakan yang disebabkan timbunan cairan
diruang-ruang interstisial
e.
Sinkop, atau kehilangan kesadaran sesaat akibat aliran darah serebral yang
kurang memadai
f.
Kelelahan dan kelemahan, biasanya diakibatkan curah jantung yang rendah dan
perkusi perifer yang berkurang
3.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi saja terkadang sudah dapat memberikan banyak
sekali informasi berharaga terhadap keadaan fisik dan psikologis penderita.
Pengamatan seperti warna, bentuk tubuh, pola pernafasan, jalannya pernafasan,
emosi atau perasaan penderita semuanya harus diikutsertakan dalam gambaran
klinis. Biasanya dapat diamati dan berikut struktur-struktur yang biasa
diperiksa secara berurutan
4.
Denyut dan tekanan arteria
Denyut nadi di raba untuk mendapatkan
informasi berikut; kecepatan, keteraturan, amplitudo, kualitas denyut.
Perubahan denyut arteri dan denyut yang tidak teratur merupakan pertanda adanya
aritma jantung. Irama jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan amplitudo
denyut nadi yang berbeda-beda. Bila jarak antara implus jantung tidak teratur
maka waktu pengisian ventrikel pun menjadi tidak teratur dan dengan sendirinya
curah sekuncup pada setiap denyut jantung menjadi berbeda (Sylvia, 1994).
Kualitas denyut nadi merupakan indeks
yang sangat penting dari perfusi perifer. Denyut nadi yang terus menerus lemah
dan hampir tidak teraba dapat menandakan curah sekuncup yang kecil atau
resistensi vaskular perifer yang meningkat. Cara terbaik untuk mengetahui bntuk
denyut nadi adalah dengan palpasi ringan arteria karotis. Auskultasi tekanan
darah untuk mendengar komponen sistolik dan diastolik mengakhiri pemeriksaan
arteria. Tekanan darah arteria diukur dengan mendengar timbul dan menghilangnya
bunyi yang disebut sebagai bunyi korotkoff pada arteria yang dibebat denagan
manset alat pengukur tekanan darah.
5.
tekanan dan denyut vena
Tekanan vena jugularis dan pulsasinya menggambarkan
fungsi jantung bagian kanan. Peningkatan tekanan vena yang abnormal, seperti
pada kegagaalan sisi kanan jantung, dapat diperkirakan dengan mengukur jarak
vertikel antara tinggi denyut vena jugularis dan sudut sternum. Uji refluks
heptojugular merupakan suatu kunci diagnostik yang penting untuk
mengetahui adanya gagal jantung kanan.
6.
Gerakan prekordial
Kerusakan miokardium disertai daya kontraksi yang
terbatas atau hilang sama sekali akan menyebabkan tonjolan keluar yang bersifat
pasif waktu sistolik sehingga menimbulkan gerakan prekordial yang paradoks.
Selain itu, aliran turbulen yang berkaitan dengan bising jantung dapat
menimbulkan getaran prekordial yang dapat diraba.
7.
Bunyi jantung
Auskultasi dada memungkinkan pengenalan bunyi jantung
normal, bunyi jantung abnormal, bising dan bunyi-bunyi ekstrakardial. Bunyi
jantung normal timbul akibat getaran volume darah dan bilik-bilik jantung pada
penutupan katup (Guyton, 1994).
PROSEDUR DIAGNOSTIK NON INVASIF
1. Eektrokardiogram permukaan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencataatn grafis aktifitas lidtrik
jantung. Pada EKG akan tergambar gelombang yang disebut sebagai gelombang P,
QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui
sistem kondusi dan miokardium.gelombang-gelombnag ini direkam pada kertas grafik
dengan skala waktu horizontal dan skala voltase vertikal (Sylvia, 1994).
2.
Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan prosedur pemeriksaan mengenai ultrasound sebagai
media pemeriksaan. Suatu transduser yang memancarkan gelombang ultrasonik atau
gelombang suara dengan frekuensi tinggi diluar kemampuan pendengar manusia., di
tempatkan pada dinding dada penderita dan di arahkan ke jantung. Ketika
gelombang ultrasonik berjalan melewati jantung, gelombang ultrasonik tersebut
akan di pantulkan kembali menuju transduser setiap kali gelombang itu melewati
batas antara jaringan-jaringan dengan densitas berbeda atau yang memiliki
impedansi akustik berbeda. Energi mekanik dari gelombang suara yang di
pantulkan kembali atau disebut “echo” (=gema) dari jantung ini akan dikonversi
menjadi implus listrik oleh transduser dan diperlihatkan sebagai citra jantung
pada osiloskop atau pada secarik kertas pencatat (Robbins dan kumar,
1995).
3.
CT (Computed Tomography) scan
“Tomo” adalah kata Yunani yang berarti bagian atau potongan. Jadi,
tomografi adalah suatu gambara potongan melintang tubuh. CT telah meningkatkan
pencitraan jantung dari hanya 2-D menjadi gambaran 3-D untuk mendapatkan
gambaran 3-D, sebuah kamera diputar 360 derajat melingkari dada, merekam
gambaran-gambaran 2-D dari sudut-sudut yang berbeda. Sinar X ditransmisikan
menembus tubuh untuk diterima oleh detektor pada sisi yang berlawanan. Setiap
citra sinar-X menangkap selapis tipis potongan anatomi tubuh. Biasanya
penderita mendapat suntikan bahan kontras dalam jumlah keecil. Suntikan,
biasanya yodium diberikan melalui perifer, untuk mempertajam perbedaan antara
struktur-struktur jantung dan darah (Robbins dan kumar, 1995).
4.
Pencitraan radionuklid
Pencitraan radionuklid memerlukan
suntikan intravena suatu bahan isotop radioaktif dalam jumlah kecil. Suntikan
ini di lakukan pada vena perifer. Isotop ini dapat berikatan dengan elemen
darah atau secara selektif akan diambil oleh miokardium normal atau yang
mengalami infark., sehingga menjadi suatu radioaktif pemandu (Sylvia, 1994).
Pada saat ini dipakai 3 teknik
radionuklid yaitu: (1) pencitraan miokardium dengan thalium untuk evaluasi
perfusi miokardium, (2) pencitraan lekatinfark memakai teknetium untuk
mendeteksi nekrosis miokardium akut, (3) sidik pool darah dengan memakai
teknetium untuk evaluasi fungsi vertikel (Robbins dan kumar, 1995).
5.
Computed Emission Tomography
Computed Tomography dapat dipakai
bersama pencitraan radionuklid untuk membangun bayangan tiga dimensi. Cara
pemeriksaan dengan tomografy ini disebut Computed Emission Tomography (CET)
yang berbed dengan computed (transmission) tomography. Citra dari pemeriksaan
CET berdasarkan pada deteksi radiasi yang dikeluarkan dari peluruhan radio
nuklid dan bukan dengan jalan mendeteksi sinar-X yang di transmisikan ke
seluruh tubuh (Robbins dan kumar, 1995).
6.
Digital Subtraction Angiography
Digital Subtraction Angiography (DSA)
dipakai untuk mempertajam gambaran angiografy caranya yaitu dengan menyuntikan
bahan kontras melalui vena sentral atau perifer. Gambaran yang disebut sebagai
mask image, direkam dan disimpan sebelum penyuntikan bahan kontras. Kemudian
dilakukan pengambilan berbagai gambar sewaktu bahan kontras berjalan melalui
jantung (Robbins dan kumar, 1995).
7.
Magnetic Resonance Imaging
Magnetic Resonance Imaging (MRI),
sebelumnya dikenal dengan nama nuclear magnetic resonance (NMR), adalah suatu
teknik pencitraan dengan tomograpy yang tidak memerlukan radionuklid. Resolusi
gambar MRI mendeteksi hasil pemeriksaan computed tomography. Tetapi, setelah
menghitung biaya dari unit ini, pemakaian secara luas untuk melakukan
pemeriksaan jantung tampaknya akan terbatas sebelum teknik analisis spektra
biokimia atau teknik kuantifikasi jaringan (Robbins dan kumar, 1995).
8.
Uji berlatih
evaluasi gejala-gejala yang timbul
akibat beraktifitas ataupun perubahan-perubahan elektrokardiografik. Selama
pengujian dilakukan pemantauan berbagai hantaran EKG secara terus menerus, dan
selain itu tekanan darah juga diperiks. Bila uji berlatih ini abnormal, namun
tidak diagnostik untuk penyakit arteria koronaria, maka uji berlatih thalium
atau stress imaging merupakan indikasi (Robbins dan kumar, 1995).
9.
Radiogram dada
Suatu seri pemeriksaan radiografi dada
dalam 4 posisi standar dapat membantu menata kerangka diagnostik jantung. (1) posisi
posteroanterior atau frontal, (2) posisi lateral kiri dengan sisi sebelah kiri
ke depan, (3) posisi miring anterior kanan dengan tubuh berputar sekitar 60
derajat ke kiri, (4) posisi miring anterior kiri dengan bahu kiri ke depan.
Pada radiogram dada akan didapat temuan-temuan sebagai berikut : (1) pembesaran
jantung secara umum, atau kardiomegali, (2) pembesaran lokal salah satu ruang
jantung, (3) klasifikasi katup atau arteria koronaria, (4) kongesti vena
pulmonalis, (5) edema interstisal atau alveolar, (6) pembesaran arteria
pulmonalis atau dilatasi aorta asendens (Sylvia, 1994).
PROSEDUR DIAGNOSTIK INVASIF
1.
Study elektrofisiologi
Study elektrofisiologi (EP)
memungkinkan suatu analisis mekanisme pembentukan implus dan konduksi jantung
yang lebih rinci dibandingkan dengan pencatatan elektrokardiografik standar.
Studi EP dipakai untuk tujuan-tujuan berikut: (1) untuk menilai fungsi sudut
sinus, (2) untuk evaluasi hantaran nodus (3) untuk analisis kompleks atrial dan
takikardia ventrikular dan (4) untuk menentukan evektifitas dari terapi
farmakologi ataupun terapi pacu jantung disritmia refraker (Sylvia, 1994).
2.
Kateterisasi pada penyakit katup jantung
Kateterisasi berguna untuk memastikan
adanya stenosis atau insufisiensi katup, memperkirakan berat lesi, dan untuk
memastikan atau menyingkirkan adanya gangguan tersebut. Cara pendekatan pada
kedua lesi –stenosis atau obstruksi aliran darah dan regurgitasi atau aliran
balik melalui katup (Sylvia, 1994).
3.
Pemantauan hermodinamik
Parameter-parameter hermodinamik
berikut dapat dipantau dengan unit perawatan gawat darurat (1) tekanan vena
sentral atau tekanan atrium kanan dan tekanan atrium kiri (2) tekanan
ventrikel kanan dan secara tak langsung juga tekanan akhir diastolik pada
ventrikel kiri (3) tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji kapiler paru, (4)
tekanan arteria (5) curah jantung (Sylvia, 1994).
BAB IV
KESIMPULAN
Jantung merupakan organ vital yang
berperan penting mengalirkan darah keseluruh tubuh dan membawa zat gizi bagi sel-sel
organ di seluruh tubuh. Terdapat berbagai macam penyakit jantung, tetapi
penyakit jantung yang umumnya diderita adalah penyakit jantung
koroner. Selain penyakit jantung koroner, masih ada penyakit jantung
lainnya diantaranya yaitu gagal jantung, serangan jantung, aritmania,
perikarditis, dan penyakit jantung bawaan.
Semakin banyak teknik diagnostik
canggih yang memungkinkan kita mendeteksi penyakit jantung dan cacat klinisnya.
Tetapi penggunaan teknik-teknik ini dan interpretasi hasil pemeriksaan gan
hanyalah merupakan pelengkap penilaian klinis dan sistematis dari pasien
yang bersangkutan, dan bukan merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan,
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap dari pasien tersebut. Karena itu, suatu
tinjauan singkat dari pemeriksaan sistematis di samping tempat tidur penderita
penyakit jantung harus dilakukan sebelum melangkah ke prosedur diagnostik yang
umum.
Diagnosis penyakit jantung dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan (1) penilaian klinis yang terdiri
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, denyut dan tekanan arteria, tekanan dan
denyut vena, gerakan prekordial jantung, bunyi jantung. (2) prosedur diagnostik
non invasif, yang terdiri dari ektrokardiogram permukaan,
ekokardiografi, CT (Computed Tomography) scan, pencitraan
radionuklid, computed Emission Tomography, digital Subtraction Angiography,
magnetic Resonance Imaging, uji berlatih, radiogram dada. (3) prosedur
diagnostik invasif terdiri dari study elektrofisiologi, kateterisasi pada
penyakit katup jantung, pemantauan hermodinamik.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. 1994. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Jakarta : EGC
Herdin, sibuea. 2005. Ilmu penyakit dalam,
cetakan kedua. Jakarta : PT Rineka Cipta
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita
selekta kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Nadesul, H. 2009. Resep mudah tetap sehat.
Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Robbins dan kumar. 1995. Patologi II, Edisi 4.
Jakarta : EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4. Jakarta : EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
Utami, P. 2009. Solusi Sehat mengatasi jantung
koroner. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar