BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kontrasepsi adalah upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara maupun permanen,
dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat - obatan
(Atikah dkk, 2010).
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun
dkk, 2008).
Program nasional
Keluarga Berencana (Birth Control) telah berjalan dengan baik dan berhasil
menekan laju pertumbuhan penduduk beberapa persen setiap tahun. Keberhasilan
ini sangat menunjang program pembangunan nasional, yang sedang menuju kepada
terciptanya keadilan dan kemakmuran yang merata dalam masyarakat. Sebagai
bagian mayoritas penduduk Indonesia, umat Islamlah yang paling banyak disentuh
oleh gerakan program nasional Keluarga Berencana (KB). Karena itu diperlukan
penjelasan tericinci tentang tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan KB.
Dalam pelaksanaan program nasional Keluarga Berencana telah diperkenalkan kepada masyarakat beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh suami-isteri untuk menyukseskan program tersebut. Misalnya pil, kondom, susuk, IUD dan sterilisasi (vasektomi dan tubektomi). Dari segi etika, hampir setiap alat kontrasepsi tersebut dibenarkan oleh Islam, kecuali IUD (spiral). IUD sebagai alat kontrasepsi yang dipasang pada rahim wanita memerlukan metode tertentu agar tidak melanggar etika Islam. Penggunaan IUD dapat dibenarkan jika pemasangan dan pengontrolannya dilakukan oleh tenaga medis wanita, atau jika terpaksa dapat dilkukan oleh tenaga medis laki-laki dengan disampingi oleh oleh suami atau wanita lain.
Dalam pelaksanaan program nasional Keluarga Berencana telah diperkenalkan kepada masyarakat beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh suami-isteri untuk menyukseskan program tersebut. Misalnya pil, kondom, susuk, IUD dan sterilisasi (vasektomi dan tubektomi). Dari segi etika, hampir setiap alat kontrasepsi tersebut dibenarkan oleh Islam, kecuali IUD (spiral). IUD sebagai alat kontrasepsi yang dipasang pada rahim wanita memerlukan metode tertentu agar tidak melanggar etika Islam. Penggunaan IUD dapat dibenarkan jika pemasangan dan pengontrolannya dilakukan oleh tenaga medis wanita, atau jika terpaksa dapat dilkukan oleh tenaga medis laki-laki dengan disampingi oleh oleh suami atau wanita lain.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui cara
mencegah terjadinya kehamilan pada wanita di Indonesia.
2. Tujuan pokok
a. Untuk mengetahui cara
menunda perkawinan atau kesuburan
b. Untuk mengetahui cara
menjarangkan kehamilan
c. Untuk mengetahui cara
menghentikan atau mengakhiri kehamilan
C. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan MOW dan MOP ?
2.
Apa saja syarat-syarat melakukan MOW dan MOP ?
3.
Apa saja indikasi dan kontra indikasinya ?
4.
Apa saja keuntungan dan kerugian dari MOW dan
MOP ?
5.
Apa saja komplikasi yang akan terjadi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. MOW
1.
Pengertian MOW
MOW
(Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri
yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian
sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi
kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan
perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan
Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi
sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
2.
Syarat Melakukan MOW ( Metode Operasi Wanita )
Syarat
dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai berikut:
a).
Syarat
Sukarela
Syarat sukarela meliputi
antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan
keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada
kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005)
b).
Syarat
Bahagia
Syarat bahagia dilihat
dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25
dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2
tahun (Wiknjosastro,2005)
c).
Syarat
Medik
Setiap calon peserta
kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak
ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap.
Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang
dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode
kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga
panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sdang
hamil (BKKBN, 2006)
3.
Teknik Melakukan MOW
a).
Tahap
persiapan pelaksanaan
a. Informed consent
b. Riwayat medis/ kesehatan
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pengosongan kandung
kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen
e. anesteri
b).
Tindakan
pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain:
1).
Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu,
hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat
dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh
dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif
(Syaiffudin, 2006)
Baik untuk masa interval
maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil.
Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian.
Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa
yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat
dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006).
2).
Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan
Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan
efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau
setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada
jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya
pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat
digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan
setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006).
c). Perawatan post operasi
1).
Istirahat
2-3 jam
2).
Pemberian
analgetik dan antibiotik bila perlu
3).
Ambulasi
dini
4).
Diet
biasa
5).
Luka
operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari
pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap,
perdarahan luka insisi.
4.
Waktu Pelaksanaan MOW
Menurut
Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada
saat:
a).
Masa
Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
b).
Pasca
persalinan (post partum)
Tubektomi pasca
persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat lambatnya dalam 48
jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam akan
dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan
sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10
pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah
mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan
infeksi.
c).
Pasca
keguguran
Sesudah abortus dapat
langsung dilakukan sterilisasi
d).
Waktu
opersi membuka perut
Setiap operasi yang
dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita
tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus
diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat
dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
Sedangkan menurut Noviawati (2009) waktu
pelaksanaan MOW (Mantap Operasi Wanita) dapat dilaukan pada:
1).
Setiap
waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut
tidak hamil
2). Hari ke-6 hingga hari
ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3). Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat
dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu pasca
persalinan setelah dinyatakan ibu dalam keadaan tidak hamil.
4). Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau
laparoskopi setelah triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik. Sedangkan pada triwulan kedua dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik, tubektomi dapat
dilakukan dengan cara minilaparotomi saja.
5.
Indikasi MOW
Komperensi
Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan
menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah
anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih,
umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 –
40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya
berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang
diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
Ø Menurut Mochtar (1998)
indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
1. Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik
atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.
a). Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum,
penyakit jantung, dan sebagainya.
b). Gangguan psikis
Gangguan psikis yang
dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas,
dan lain lain.
2.
Indikasi
medis obstetrik
Indikasi medik obstetri
yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea yang berulang,
histerektomi obstetri, dan sebagainya.
3. Indikasi medis
ginekologik
Pada waktu melakukan
operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan
sterilisasi.
4.
Indikasi
sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi
adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa
bertambah lama bertambah berat.
a).
Mengikuti
rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu, kemudian dapat
dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30 tahun
dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.
b). Mengikuti rumus 100
Umur ibu 25 tahun ke
atas dengan anak hidup 4 orang
Umur ibu 30 tahun ke
atas dengan anak hidup 3 orang
Umue ibu 35 tahun ke atas
dengan anak hidup 2 orang
6.
Kontraindikasi MOW
Menurut
Mochtar (1989) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu dibagi menjadi 2 yang
meliputi indikasi mutlak dan indikasi relative
a).
Kontra
indikasi mutlak
1). Peradangan dalam rongga
panggul
2). Peradangan liang
senggama aku (vaginitis, servisitis akut)
3). Kavum dauglas tidak
bebas, ada perlekatan
b).
Kontraindikasi
relative
1). Obesitas berlebihan
2). Bekas laparotomi
Sedangkan menurut
Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi yaitu:
1). Hamil sudah terdeteksi
atau dicurigai
2). Pedarahan pervaginal
yang belum jelas penyebabnya
3).
Infeksi
sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol
4). Kurang pasti mengenai
keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5). Belum memberikan
persetujuan tertulis.
7.
Keuntungan MOW
Menurut
BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:
a).
Perlindungan
terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
b).
Tidak
mengganggu kehidupan suami istri
c).
Tidak
mempengaruhi kehidupan suami istri
d).
Tidak
mempengaruhi ASI
e).
Lebih
aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan),
lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009)
keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:
a). Sangat efektif (0.5
kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
b). Tidak mempengaruhi
proses menyusui (breasfeeding).
c). Tidak bergantung pada
faktor senggama.
d). Baik bagi klien apabila
kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
e). Pembedahan sederhana,
dapat dilakukan dengan anestesi local.
f).
Tidak
ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
8.
Kerugian MOW
Kerugian
dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan Sujiyati,2009) yaitu antara
lain:
a). Harus dipertimbangkan
sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali.
b). Klien dapat menyesal
dikemudian hari
c). Resiko komplikasi kecil
meningkat apabila digunakan anestesi umum
d). Rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e). Dilakukan oleh dokter
yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis bedah
untuk proses laparoskopi.
f). Tidak melindungi diri
dari IMS.
9.
Komplikasi dan Penanganan
|
|
Infeksi Luka
|
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik.
|
Demam pascaoperasi ( > 38 oC)
|
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
|
Luka pada kandung kemih. Intestinal (jarang terjadi).
|
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat
bila perlu.
|
Hematoma (subkutan)
|
Gunakan pack yang hangat dan lembab ditempat
tersebut.
|
Emboli gas yang dilakukan oleh laparoskopi (sangat jarang
terjadi)
|
Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan
mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi cardiopulmonary
dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
|
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
|
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan
|
Perdarahan superficial (tepi tepi kulit atau subkutan)
|
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan
apa yang ditemukan.
|
B. MOP
1.
Pengertian MOP
MOP ( Medis Operatif Pria ) / vasektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi melalui
pembedahan dengan cara memotong saluran sperma yang menghubungkan testikel
(buah zakar) dengan kantung sperma sehingga tidak ada lagi kandungan sperma di
dalam ejakulasi air mani pria (Verawati, 2012).
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas
deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan
spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari
testis ke penis).
Vasektomi adalah prosedur
pembedahan kecil dimana deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian
diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki
aliran mani (ejakulasi).
Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga
saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak
bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15
cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang
mengalirkannya sudah dibuat buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan
oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.
2.
Syarat MOP
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat,yaitu:
a). Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap;
artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi
b). Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya :
a. Calon peserta tersebut
dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya
2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani
b. Bila hanya mempunyai 2
orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun
c. Umur isteri paling muda sekitar 25
tahun
c). Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak
ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh
karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya
oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak.
Selain itu juga setiap
calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
3.
Cara Pemasangan MOP
Mula-mula
kulit skrotum di daerah operasi dibersihkan. Kemudian dilakukan anastesia local
dengan larutan xilokain. Anastesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan
sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas
dicari dan stelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin di bawah kulit
skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 – 1 cm
di dekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan
dari sayatan ( harus diyakinkan bahwa vas yang dikeluarkan itu ), vas dipotong
sepanjang 1 – 2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan
diulangi pada sebelah yang lain.
4.
Teknik Melakukan MOP
a.
Operatif
1)
Vasektomi
dengan pisau
Setelah anestesi lokal yaitu dengan
larutan prokain lidokain atau lignokain tanpa memakai adrendin maka dilakukan
irisan pada kulit scrotum. Kulit dan otot-otot disayat, maka tampak vas
deferens dengan sarungnya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara
dua belahan scrotum atau pada dua tempat di atas masing-masing vas deferens
Kedua vas tampak sebagai saluran yang putih dan agak
kenyal pada perabaan. Vas dapat dibedakan dari pembuluh-pembuluh darah, karena
tidak berdenyut. Identifikasi vas terutaa sukar apabila kulit scrotum
tebal.
2)
Vasektomi
tanpa pisau
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
takut calon akseptor kontap pria akan tindakan operasi ( yang umumnya
dihubungkam dengan pemakaian pisau operasi ), dan untuk menggalakkan penerimaan
kontap pria, di Indonesia sekarang telah diperkenalkan metode vasektomi tanpa
pisau ( VTP ).
Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan
tanpa mengiris kulit, jadi tanpa memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:
a) Saluran
diikat bersama-sama dengan kulit scrotum, dengan cara mencobloskan jarum
dengan benang sampai ke bawah saluran mani.
b)
Dapat
juga disuntikkan ke dalam saluran mani.
c) Saluran
mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum kauter halus melalui kulit ke
dalam saluran mani.
5.
Waktu Pelaksanaan MOP
a). Tidur dan istirahat cukup
b). Mandi dan memebersihkan daerah sekitar kemaluan
c). Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik
d). Datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar
e). Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang ditandatangani atau cap jempol
b). Mandi dan memebersihkan daerah sekitar kemaluan
c). Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik
d). Datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar
e). Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang ditandatangani atau cap jempol
6.
Indikasi MOP
Vasektomi
merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Pada
dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-istri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan
kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
7.
Kontraindikasi MOP
a)
Infeksi
kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular akibat tuma gatal).
b)
Infeksi
traktus genetalia.
c)
Kelainan
skrotum dan sekitarnya :
1. Varicocele
(varikositas pleksus pampiniformis korda spermatika, yang membentuk benjolan
skrotum yang terasa seperti ”kantong cacing”).
2.
Hydrocele
besar
3.
Filariasis.
4.
Hernia
inguinalis.
5.
Orchiopexy
(fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).
6.
Luka
parut bekas operasi hernia.
7.
Skrotum
yang sangat tebal.
d)
Penyakit
sistemik :
1.
Penyakit-penyakit
perdarahan.
2.
Diabetes
Mellitus.
3.
Penyakit
jantung koroner yang baru.
e)
Riwayat
perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
8.
Efektifitas
a).
Angka
kegagalan : 0-2,2%, umumnya < 1%
b).
Kegagalan
kontap-pria umumnya disebabkan oleh :
1. Senggama
yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat
3.
Pemotongan
dan oklusi struktur jaringan lain selama opersi
4.
Jarang
: duplikai congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas deferens
pada suatu sisi)
9.
Keuntungan MOP
a.
Efektif.
b.
Aman,
morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
c. Sederhana.
d. Cepat,
hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
e. Menyenangkan
bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal biasa.
f.
Biaya
rendah.
g. Secara
kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk
ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita.
10. Kerugian
MOP
a.
Diperlukan
suatu tindakan operatif.
b.
Kadang-kadang
menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
c.
Kontap
pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah
ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens,
dikeluarkan.
d.
Problem
psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah
setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.
11. Perawatan MOP
Perawatan setelah tindakan Vasektomi (MOP)
a). Istirahat selama 1-2
hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari.
b). Jagalah kebersihan dengan
membersihkan diri secara teratur dan jaga agar luka bekas operasi tidak terkena
air atau kotoran.
c). Makanlah obat yang
diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk.
d). Pakailah celana
dalam yang kering dan bersih, dan jangan lupamenggantinya setiap hari.
e). Janganlah
bersenggama bila luka belum sembuh. Boleh berhubungan seksual setelah tujuh
hari setelah operasi. Bila isteri tidakmenggunakan alat
kontrasepsi, senggama dilakuakn dengan memakai kondom sampai 3 bulan
setelah operasi.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomaly vas deferens misalnya ada 2 vas di sebelah kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomaly vas deferens misalnya ada 2 vas di sebelah kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.
BAB III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
MOW (Medis Operatif
Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan
tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan
sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh
karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
Tubektomi adalah
prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan
dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin)
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini,
2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga
spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
MOP ( Medis Operatif Pria ) / vasektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi melalui
pembedahan dengan cara memotong saluran sperma yang menghubungkan testikel
(buah zakar) dengan kantung sperma sehingga tidak ada lagi kandungan sperma di
dalam ejakulasi air mani pria (Verawati, 2012).
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas
deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan
spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari
testis ke penis).
Ø Saran
1.
Untuk Penulis
Agar makalah ini
menjadi suatu pembelajaran dan pengetahuan yang baru agar penulis dapat
mengetahui lebih dalam lagi tentang alat kontrasepsi, khususnya alat
kontrasepsi dengan menggunakan metode MOW dan MOP.
2.
Untuk Masyarakat
Makalah tersebut
diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang baru bagi masyarakat agar lebih
mengetahui tentang alat kontrasepsi dengan menggunakan metode permanen MOW dan
MOP. Dan juga masyarakat dapat menjaga kebersihan dirinya agar tidak berdampak
buruk bagi dirinya sendiri.
3.
Untuk Perawat
Agar selalu memberikan
informasi yang baru kepada masyarakat tentang informasi penggunaan alat
kontrasepsi yang aman dan efektif. Selain itu, perawat juga dapat menerima ilmu baru
yang akan diaplikasikan langsung kepada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/tubektomi-mow-medis-operasi
wanita.html#.VhHcezcdS00
Winkjosastro
H. Ilmu Kandungan. Jakarta : pembahasan tentang metode operasi pada pria, 2009
Astagina. 2008. Vasektomi (Kontrasepsi Pria).
UFUK Press: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar