BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suhu adalah besaran yang menyatakan
derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
B. Tujuan
1. Mengetahui suhu badan
panas.
2.
Mengetahui adanya kelainan pada tubuh
dipergunakan sebagai salah satu penyokong dalam membantu menentukan diagnosa.
3.
Mengetahui perkembangan penyakit.
C.
Rumusan Masalah
1. Pengertian
Suhu
2. Jenis
Pengukuran Suhu Tubuh
3. Nilai
Normal Suhu
4. Kontraindikasi
5. Prosedur
Mengukur Suhu Tubuh
6. Masalah
yang berhubungan dengan suhu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Suhu adalah pernyataan tentang
perbandingan derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu dengean menggunakanan berbagai tipe termometer. (Nanda International.2009-2011
).
Suhu
adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga
secara spontan (Lynda Juall Corpenito.1998)
Dalam
dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk
mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu
tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun.
2. Jenis Pengukuran Suhu Tubuh
Dalam
pengukuran suhu tubuh, terdapat tiga (3) macam cara, yaitu :
a. Peroral
(sublingual),
yaitu mengukur suhu
melalui oral(mulut).
Keuntungan:
1) Mudah dijangkau dan tidak
membutuhkan perubahan posisi.
2) Nyaman bagi klien.
3)
Memberi pembacaan suhu permukaan
yang akurat.
Kerugian:
1) Tidak boleh dilakukan pada klien
yang bernapas lewat mulut.
2) Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat
kedinginan.
3) Tidak boleh dilakukan pada bayi,
anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar atau
tidak kooperatif.
4) Risiko terpapar cairan tubuh
b. Peraxila, yaitu mengukur suhu
melalui axila(ketiak).
Keuntungan:
1) Aman dan non-invasif
2) Cara yang lebih disukai pada bayi
baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.
Kerugian:
3) Waktu pengukuran lama
4) Memerlukan bantuan perawat untuk
mempertahankan posisi klien
3. Per rektal, yaitu mengukur suhu
melalui rektum(dubur).
Keuntungan:
1) Terbukti lebih dapat diandalkan bila
suhu oral tidak dapat diperoleh
2) Menunjukkan suhu inti
Kerugian:
1) Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau
cenderung perdarahan.
2) Memerlukan perubahan posisi dan
dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien.
3) Risiko terpajan cairan tubuh
4) Memerlukan lubrikasi
5) Dikontradiksikan pada bayi baru
lahir.
3. Nilai Normal Suhu
a. Suhu Oral : 37o C
b.
Suhu Aksila : 36,4o
C
c.
Suhu Rektal : 37,5o
C
4. Kontraindikasi
a.
Suhu Oral
1.
Klien tidak mampu menahan termometer di dalam
mulut.
2.
Resiko tergigit oleh klien seperti bayi atau
anak kecil.
3.
Klien bingung atau tidak sadar .
4.
Perbedaan oral .
5.
Trauma mulut atau wajah .
6.
Bernapas hanya dengan melalui mulut.
7.
Riwayat kejang-kejang.
8.
Gemetar kedinginan.
b.
Suhu Aksila
1.
Pasien yang sangat kurus.
2.
Pasien yang luka / kudis diketiak, operasi pada
mammae.
c.
Suhu Rektal
1.
Pembedahanatau gangguan pada rectal seperti pada
tumor/hemoroid.
2.
Klien yang tidak dapat berposisi baik seperti
mereka dengan traksi atau pada bayi baru lahir.
3.
Pada klien yang berpenyakit kelamin
5.
Prosedur Mengukur Suhu Tubuh
a. Mengukur
Suhu Oral
Yaitu
mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut.
1. Tujuan
Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa
2.
Persiapan alat
a)
Termometer air raksa/termometer
elektrik siap pakai
b) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam
tempatnya
c)
Sarung tangan
d)
Tissue
e) Bengkok
f) Buku catatan dan alat tulis
3. Prosedur
a)
Menjelaskan pada klien tentang
tindakan yang akan dilakukan
b)
Mendekatkan alat kesamping klien
c)
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d)
Menempatkan termometer di bawah
lidah klien dalam kantung sub lingual lateral
ketengah rahang bawah
e) Meminta klien menahan termometer dengan bibir
terkatup dan hindari penggigitan. Bila klien tidak mampu menahan termometer
dalam mulut maka pegangi termometer
f)
Biarkan termometer di tempat
tersebut :
1) Termometer air
raksa : 2-3 menit
2) Termemoter
Digital :
sampai sinyal terdengar
g)
Keluarkan termometer dengan hati-hati
h) Lap termometer memakai
tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang
tissue di bengkok
i)
Baca air raksa atau digitnya
j) Menurunkan tingkat air
raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
k)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
l)
Melepas sarung tangan dan mencuci
tangan
m) Mendokumentasikan hasil tindakan
b. Mengukur Suhu Aksila
Yaitu mengukur suhu badan dengan
menggunakan termometer yang di tempatkan di ketiak (aksila). Suhu aksila tidak
seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1 derajat lebih
rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan.
1. Tujuan
Mengetahui
suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menentukan diagnosa
2. Persiapan
alat
a)
Termometer air raksa/termometer
elektrik siap pakai
b)
Larutan sabun, desinfektan, air
bersih dalam tempatnya
c)
Sarung tangan
d)
Tissue
e)
Bengkok
f)
Buku catatan dan alat tulis
3. Prosedur
a)
Menjelaskan pada klien tentang tidakan
yang akan dilakukan
b) Mendekatkan
alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d)
Memasang tirai atau menutup gorden/
pintu ruangan
e)
Membantu klien untuk duduk atau posisi
berbaring terlentang. Buka pakaian pada lengan klien
f)
Menempatkan termometer di tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan
lengan di bawah klien
g) Biarkan termometer di tempat tersebut
(1) Termometer air raksa : 5-10
Menit
(2) Termometer digital : sampai
sinyal terdengar
h)
Keluarkan
termometer dengan hati-hati
i)
Lap
termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir,
kemudian tissue di bengkok
j)
Baca
air raksa atau digitnya
k)
Membantu klien merapikan bajunya
l)
Menurunkan tingkat air
raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
m)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
n)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
o)
Mendokumentasikan hasil tindakan
c. Mengukur Suhu Rektal
Yaitu mengukur suhu badan dengan
menggunakan termometer yang ditempatkan di rektal. American Academy of
Pediatric merekomendasikan pengukuran suhu rectal untuk anak di bawah usia 3
tahun, karena hal ini memberikan bacaan yang paling akurat dari suhu utama
tubuh. Pengukuran suhu rectal akan membaca sekitar 1 derajat lebih tinggi dari
suhu oral jika dilakukan pengukuran secar bersamaan.
1. Tujuan
Mengetahui suhu badan klien untuk
menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnosa
2. Persiapan alat
a) Termometer air raksa/termometer elektrik siap
pakai
b) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam
tempatnya
c) Vaseline/pelumas larut air
d) Sarung tangan
e) Tissue
f) Bengkok
g) Buku catatan dan
alat tulis
3. Prosedur
a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang
akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Memasang tirai atau menutup gorden/pintu
ruangan
e) Membuka pakaian bagian bawah
f) Mengatur posisi klien
(1) Dewasa : Sim atau miring dan kaki
sebelah atas tekuk ke arah perut
(2) Bayi/anak : Tengkurap/terlentang
g) Melumasi ujung termometer dengan Vaseline sekitar
2,5-3,5 cm untuk orang dewasa dan 1,5-2,5 cm untuk bayi/anak
h) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan
tangan kiri (untuk orang dewasa). Bila bayi tengkurap di tempat tidur,
renggangkan kedua bokong dengan jari-jari.
i) Minta klien menarik nafas dalam dan masukkan termometer
secara perlahan kedalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan pada bayi
1,5-2,5 cm
j)
Pegang termometer ditempatnya selama 2-3 menit (orang dewasa) dan 5
menit (untuk anak-anak)
k)
Keluarkan termometer dengan hati-hati
l)
Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah
reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
m) Baca air raksa atau digitnya
n)
Melap area anal untuk membersihakan pelumas atau feaces dan
merapikan klien
o)
Membersihkan termometer air raksa
p) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
q)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
r)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
s)
Mendokumentasikan hasil tindakan
6.
Masalah yang berhubungan dengan suhu
a. Hipertermi
Hipertermi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu
tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral) atau
38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap
faktor-faktor eksternal (Linda Juall Corpenito)
Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (NANDA International
2009-2011)
b. Etiologi
1. Perubahan mekanisme pengaturan panas
sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan
2. Infeksi oleh bacteria, virus atau
protozoa.
3. Peradangan
4. Ketidak efektifan suhu sekunder pada
usia lanjut
5. Kerusakan jaringan misalnya demam
rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan
kehilangan panas pada suhu febris.
c. Manifestasi Klinis
1. Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau
38.80C (1010F)
2.
Taki
kardia
3.
Kulit
kemerahan
4.
Hangat
pada sentuhan
5.
Menggigil
6.
Dehidrasi
7.
Kehilangan
nafsu makan
d. Patofisiologi
1.
Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)
a.
Peningkatan
denyut jantung
b.
Peningkatan
laju dan kedalaman pernafasan
c.
Menggigil
akibat tegangan dan kontraksi otot
d.
Kulit
pucat dan dingin karena vasokontriksi
e.
Merasakan
sensasi dingin
f.
Dasar
kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
g.
Rambut
kulit berdiri
h.
Pengeluaran
keringat berlebihan
i.
Peningkatan
suhu tubuh
2.
Fase II: proses demam
a.
Proses
menggigil lenyap
b.
Kulit
terasa hangat / panas
c.
Merasa
tidak panas atau dingin
d.
Peningkatan
nadi dan laju pernafasan
e.
Peningkatan
rasa haus
f.
Dehidrasi
ringan hingga berat
g.
Mengantuk,
delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
h.
Lesi
mulut herpetik
i.
Kehilangan
nafsu makan ( jika demam memanjang )
j.
Kelemahan,
keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
3.
Fase III: pemulihan
a.
Kulit
tampak merah dan hangat
b.
Berkeringat
c.
Menggigil
ringanKemungkinan mengalami dehidrasi
e. Penatalaksanaan keperawatan yang
diberikan yaitu:
1.
Beri
pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada waktu menderita
panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan mencegah dehidrasi.
2.
Beri
pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh seminimal
mungkin.
3.
Beri
kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
belakang.
BAB III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Suhu
adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu
tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan
diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi
tenaga kesehatan dibidang apapun.
Pengukuran ada 3
macam yaitu:
1. Suhu oral
2. Suhu aksila
3. Suhu rektal
Nilai
Normal Suhu
1. Suhu Oral : 37o C
2.
Suhu Aksila : 36,4o
C
3.
Suhu Rektal : 37,5o
C
Ø Saran
Bagi pembaca, khususnya saya sebagai penulis
agar mengaplikasikan cara untuk mengukur suhu tubuh di masyarakat sekitar, dapat
menangani masalah yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh.
Kritik dan masukan dari pembaca untuk membuat
makalah kami lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://nandarnurse.blogspot.com/2012/01/makalah-pengukuran-suhu-tubuh.html#axzz3hRIUIFTl
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Lynda Juall Corpenito.1998.Diagnosa
Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Jakarta.EGC
Nanda International.2009-2011.Diagnosa
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta.EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar