Selasa, 14 Maret 2017

Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Definisi cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan.  
Prosentase cairan tubuh
a.         Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
1.      Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2.      Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3.      Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.


b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan
a.         Pelarut universal
1.    Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
2.    Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
3.    Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4.    Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
b.      Pengaturan suhu tubuh
1.    Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
2.    Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
a.       Pelicin
1.      Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
b.      Reaksi- d reaksi kimia
1.    Pemecahan karbohidrat
2.    Membentuk protein
c.       Pelindung
1.    Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic
Komposisi Cairan Tubuh
Cairan  tubuh berisikan:
a.    Oksigen yang berasal dari paru-paru
b.    Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c.    Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d.   Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.

Definisi Elektrolit dan kebutuhan elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Ion-ion positif disebut· kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium
ion-ion negatif disebut· anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
a.        Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi  keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1.         Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt


2.         Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3.         Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4.         Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5.         Keseimbangan Fosfor (PO4)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.



6.         Keseimbangan Klorida (Cl)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7.         Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.







b.      Pengaturan dan Fungsi Elektrolit

Elektrolit
Pengaturan
Fungsi
Sodium
·    Reabsorpsi dan sekresi ginjal
·    Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi natrium di duktus kolekting nefron
·         Pengaturan dan distribusi volume cairan ekstrasel
·         Mempertahankan volume darah
·         Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
Potassium
·         Sekresi dan konservasi oleh ginjal
·         Aldosteron meningkatkan pengeluaran   
·         Pemindahan dalam dan luar sel
·         Insulin membantu memindahkan   ke dalam sel dan luar sel,jaringan yang rusak
·         Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
·         Transmisi saraf dan impuls elektrik
·         Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi otot
·         Pengaturan asam basa
·         Kontraksi tulang dan otot polos
Kalsium
·         Distribusi antara tulang dan cairan ekstrasel
·         Hormon paratiroid meningkatkan serum ,kalsitonin menurunkan kadar serum
·         Pembentukan tulang dan gigi
·         Transmisi impuls saraf
·         Pengaturan kontraksi otot
·         Mempertahankan pace maker jantung
·         Pembekuan darah
·         Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
Magnesium
·         Dipertahankan dan dikeluarkan oleh ginjal
·         Meningkan adsorpsi oleh vitamin D dan hormon paratiroid
·         Metabolisme intrasel
·         Pmpa sodium-potasium
·         Relaksasi kontraksi otot
·         Transmisi impuls saraf
·         Pengaturan fungsi jantung
Klorida
·         Pengeluran dan reabsorpsi bersama sodium dalam ginjal
·         Aldosteron meningkatkan adsorpsi klorida dengan sodium
·         Produksi HCl
·         Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan volume vaskuler
·         Keseimbangan asam-basa
Pospat
·         Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
·         Paratiroid hormon menurunkan kadar serum dengan meningkatkan sekresi ginjal
·         Pembentukan tulang dan gigi
·         Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
·         Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
·         Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
·         Pengaturan asam-basa
·         Pengaturan kadar kalsium
Bikarbonat
·         Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
·         Pembentukan oleh ginjal
·         Buffer utama dalam keseimbangan asam-basa


Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan  hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
a.       Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, dan Ca2+
b.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, dan HCO3
c.       Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl,  dan HCO3
Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
a.              Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare.
b.             Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.
c.              Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
d.             Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e.              Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f.              Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g.             Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h.             Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.





Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.         Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.        Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.         Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.        Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
e.         Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
f.         Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
g.        Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Keseimbangan Asam Basa
Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat. Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.         Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan asam karbonat. Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.
b.        Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
c.         Pengaturan oleh Ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen. Pada  keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.

Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
·      pH 7,0 adalah netral
·       pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
·       pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1.    Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2.    Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3.    Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.




Gangguan keseimbangan asam dan basa
Asidosis Respiratorik
1.        Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
2.         Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti :
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
f. Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
3.        Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

4.        Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
5.         Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
Adaptasi Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil
Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting dipertahankan,karena pada awal kehamilan sering mengalami mual dan muntah serta diare yang berakibat pada kekurangan cairan dan elektrolit. Perasaan mual dan muntah pada awal kehamilan disebabkan karena peningkatan hormon human Chorionic Gonadotropin ( hCG). Selama kehamilan sekitar 500-900 mEq sodium dipertahankan untuk kebutuhan fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang berlebihan,ginjal meningkatkan reabsorpsi tubular.
Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas bawah karena terhambatnya aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus rate menurun,hal ini menyebabkan edema.
Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil
a.         Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar  6-8 gelas (1500-2000 ml).
b.        Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari. atau  paling tidak minum setiap 15 menit sekali.
c.         Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.
d.        Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan      usaha memasukkan kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi.


Jenis Cairan Infus:
1.        Cairan hipotonik
hipotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lbh rendah dgn larutan yang lain (air bergerak masuk ke dalam sel)
Jika cairan < phi plasma darah, maka cairan
bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya sel darah merah akan menggembung dan dapat pecah.
2.        Cairan Isotonik
Isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan lain (tidak bergerak)
jika cairan = phi plasma darah, maka cairan bersifat isotonic terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran keluar masuk sel sama dengan nol. Akibatnya, sel darah merah tidak menggembung atau mengerut.

3.        Cairan hipertonik
hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lbh tinggi dgn larutan yang lain (air bergerak keluar sel)
Jika cairan > phi plasma darah, maka cairan bersifat hipertonik terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran air dari dalam ke luar plasma. Akibatnya, sel darah merah akan mengerut karena kehilangan air.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.        Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.        Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.




Jenis jenis cairan infus

Ranger laktat (RL).

Ranger laktat adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler (cairan diluar sel). 
Larutan RL juga bisa di gunakan untuk menormalisasi tekanan darah pada pasien combustio, 18 sampai 24 jam setelah terjadi cedera luka bakar. 
Larutan RL juga termasuk salah satu cairan kristaloid yang bisa digunakan untuk terapi sindroma syok, kombustio, serta hipovolemia dengan asidosis metabolik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim3kTyAyDSFkeYNM3ASWn4zbNT8Xr6ODrydVOjwY1hfJSXaWWvuBbx2NEj1lKsqSVVrFFL1ggw2uHbOqB3IPtx9y022eGMDZE_W6DXAbrMzgMgCrRNO23EEWgGvZ8zoUukImZ7DVv9-iC6/s400/20150831_093407.jpg
Cairan RL berisi Natrium Laktat, C3H5NaO3, Natrium klorida, NaCL, Kalium klorida, KCl, CaCI2.2H2O, serta air untuk injeksi.
Tempat metabolisme cairan RL terutama pada hati serta sebagian kecil pada ginjal.
Kelebihan dalam memberikan cairan ini dapat mengalami edema pada seluruh badan pasien sehingga pemakaian larutan RL yang berlebih itu perlu di cegah.


NaCL.

Larutan NaCL Juga termasuk cairan kristaloid. Di anjurkan pada penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, alkalosis metabolik atau hipokhloremia.

Keuntungan menggunakan cairan ini adalah harga lebih murah, mudah di dapat, sedikit efek samping, tidak menyebabkan raksi alergi, serta mudah di pakai.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhSqT8RBjt9TDha7_3KdchdLKRQEPgqcqeQCtczWTYogPBmJnzNaKY3egUYYmDix1m1Z1ve3DBg7vHCDofP8FEhKzsd336UP0MmuKl566MFOp1FtiSlCnwuIqeihsSaO_r1mTpD8enSR2k/s400/20150831_093231.jpg
Cairan NaCL berisi sodium chloride beserta air untuk injeksi. Pada kasus Gadar, biasanya cairan ini di gunakan untuk membantu proses penanganan serta perawatan pada

Dektrose.

Larutan dextrose juga bisa di gunakan sementara untuk mengganti kehilangan cairan dengan cara melarutkan NaCl 0,45 % dalam larutan dextrose 5 %. Larutan Dektrose juga dapat diberikan untuk penanganan awal pada pasien hipoglikemia (gula darah rendah).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgEAQ-i0QxEPOe7X6kn9VJ1CO5aosrGAvS8-jVX8qfd6x-6tJ2kaMH_AKEKijKjlznCkrboNUZ6F_Tn8tFn54Esgt-cUZlPoGbZ1HO6xMn9vvDAaclxCxAoOhahLLKG1VLmmrEzVksOcag/s400/20150831_093327.jpg
Larutan dextrose berisi glukosa, C6H12O6, H2O, serta air untuk injeksi.
Jadi secara sederhana bisa kita simpulkan , tujuan dari pemberian terapi cairan di bagi atas manajemen untuk mengganti kebutuhan harian, juga untuk mengganti kehilangan cairan akut.
Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan Bahan dan Alat :
1.                  Standar infuse
2.                  Perangkat infuse
3.                  Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4.                  Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
5.                  Pengalas
6.                  Tourniquet/pembendung
7.                  kapas alkohol 70%
8.                  Plester
9.                  Gunting
10.              Kasa steril
11.              Betadine
12.              Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3.      Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
4.       Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
5.      Letakkan pengalas
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10.  Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
11.  Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15.  Catat respons yang terjadi
16.  Cuci tangan
Cara menghitung tetesan infus :
a.        Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau
tetesan/menit = Σ keb.cairan x faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60 menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)


b.        Anak :
Tetesan per menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)

Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1.             Standar infus
2.             Perangkat transfusi
3.             NaCl 0,9%
4.             Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5.             Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6.             Pengalas
7.             Tourniquet/ pembendung
8.             Kapas alcohol 70%
9.             Plester
10.         Gunting
11.         Kasa steril
12.         Betadine™
13.         Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.             Cuci tangan
2.             Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan
3.             Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya
4.             Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5.             Letakkan pengalas
6.             Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.             Gunakan sarung tangan
8.             Desinfeksi daerah yang akan disuntik
9.             Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10.         Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
11.         Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi
12.         Buka tetesan
13.         Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
14.         Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15.         Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16.         Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa
17.         Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi
18.         Catat respons terjadi
19.         Cuci tangan
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

Pengertian kebutuhan psikososial
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk  mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
1.        Status emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schults (1966) merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidakterpenuhi, akibatnya dapat berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan,seperti ansietas,kemarahan,kesepian dan rasa tidak pasti.kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksikadang saling tumpang tindih dan berkesinambungan.
Kebutuhan akan inklusi
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasidan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawatdalam memberi perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien
Kebutuhan akan kontrol
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.Contoh: saat orang melepaskan  tanggung  jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dibalik perilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan kurang percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi keperawatan iyang membantu pasien menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan kontrol.
Kebutuhan afeksi
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.
Rentang respons emosional
a.         Kepekaan emosional
Adlah respons emosional termasuk di pengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan persyaratannya sendiri.
b.        Reaksi berduka tak terkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata terbenam dalam proses berduka.
c.         Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan ( denial ) terhadap perasaan sendiri, pelepasan diri keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia efektif seseorang
d.        Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan jyang persisten respons emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal prosesberkabung  dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya.penundaan atau penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
e.         Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka  berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f.          Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaa berkepanjangan dan mudah tersinggung.

2.    Konsep diri
Konsep Diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang di ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.konsep diri berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal dan membedakan diri dengan orang lain. Pembentukan Konsep Diri di pengaruhi asuhan orang tua dan lingkungan.
Komponen konsep diri:
 Body image (citra tubuh)
Sikap terhadap tubuhsecara sadar dan tidak sadar. Mencangkup presepsi dan perasaan tentangukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh dulu dan sekarang
Ideal diri
Presepsi individu(bagaimana harus berperilaku sesuai standar perilaku) dan akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3.    Harga Diri
Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis yaitu sejauh mana prilaku memenuhi ideal diri. Harga Diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Sukses → Harga Diri tinggi, gagal → Harga Diri rendah
4.    dukungan sosial
informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation (Siegel dalam Taylor, 1999).


DAFTAR PUSTAKA
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Uliyah,Musrifatul dkk.2008.keterampilan dasar praktik klinikuntuk kebidanan  edisi 2. Jakarta: Salemba Medika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar