Definisi
cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan
dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun
kira-kira 50%-60% cairan.
Prosentase
cairan tubuh
a.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :
1. Umur
Cairan tubuh menurun dengan
bertambahnya usia.
2. Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh
menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3. Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah
cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh
wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
Fungsi Cairan
a.
Pelarut universal
1. Senyawa bergerak lebih cepat dan
mudah
2. Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah
dan masuk ke sel
3. Sebagai medium untuk reaksi
metabolisme dalam sel
4. Transport nutrient, membersihkan
produk metabolisme dan substansi lain
b. Pengaturan suhu tubuh
1. Mampu menyerap panas dalam jumlah
besar
2. Membuang panas dari jaringan yang
menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
a.
Pelicin
1.
Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
b.
Reaksi- d reaksi kimia
1. Pemecahan karbohidrat
2. Membentuk protein
c. Pelindung
1. Cairan Cerebro-spinal, cairan
amniotic
Komposisi
Cairan Tubuh
Cairan
tubuh berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran
pencernaan
c. Produk metabolisme seperti
karbondiokasida
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari
senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Definisi Elektrolit dan kebutuhan
elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida),
yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit.
Contohnya NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus litrik.
Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada
cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq).
Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Ion-ion
positif disebut· kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium
ion-ion
negatif disebut· anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
a.
Keseimbangan
Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat
penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam
basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2
elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan
ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1.
Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling
banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam keseimbangan air,
hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel
melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan,
saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh
ginjal, jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan
cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi
peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH
sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2.
Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling
banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan intasel, hanya 2%
berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3.
Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling
banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk
pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi
tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang
dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah
maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi
kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon
kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal
4-5mEq/Lt.
4.
Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada
cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA,
regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus,
peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5.
Keseimbangan Fosfor (PO4–)
Fosfor merupakan anion utama cairan
intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan
saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan
tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari
usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi
dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon
paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat
akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5
mEq/Lt.
6.
Keseimbangan Klorida (Cl–)
Klorida merupakan anion utama pada
cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan
volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan
direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon
aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah
95-108mEq/Lt.
7.
Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan
intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu regulasi
keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan
asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH.
Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
|
|||||||||||||||||||||||||||
Jenis
Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik,
dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline yang
banyak dipergunakan. Contohnya:
a.
Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–,
dan Ca2+
b.
Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+,
Cl–, Ca2+, dan HCO3–
c.
Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+,
Cl–, dan HCO3–
Gangguan/Masalah
Kebutuhan Elektolit
a.
Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan
kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium
plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare.
b.
Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu
keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan addanya
mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan
naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian
dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan
sedangkan asupan garamnya sedikit.
c.
Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan
kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan
sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan
darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya
otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar
kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
d.
Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan
di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar,
penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui
intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable
(peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e.
Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan
kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan
kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L
dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal.
f.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g.
Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan
kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor,
kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi.
Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h.
Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.
Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi
tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang
panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c.
Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap
intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.
Stress
Stress dapat meningkatkan
metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini
dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah
e.
Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction,
nasogastric tube dan lain-lain.
f.
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian
deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
g.
Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan
memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Keseimbangan
Asam Basa
Disamping
air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam
karbonat. Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH
adalah sImbol dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika
dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma
normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh
terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat
kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan
asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.
Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan
atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan
tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat
diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat
) dan asam karbonat. Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga
berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.
b.
Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur
keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida
secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam
bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi
meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.
Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
c.
Pengaturan oleh Ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa
oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan pernapasan dan sistem
buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-seimbangan
asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran
selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH
menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan
ion hydrogen. Pada keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan
mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum
bikarbonat 22-26 mEq/L.
Keseimbangan Asam dan Basa dalam
darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
· pH 7,0 adalah netral
· pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
· pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang
sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat
tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh
ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH
(buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan
merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah
penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan
menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Gangguan
keseimbangan asam dan basa
Asidosis Respiratorik
1.
Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah
keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah
sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.
2.
Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika
paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat
terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti :
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
f. Asma.
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
f. Asma.
Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang
menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.
3.
Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala
dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut
menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi
dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu.
Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun
proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
4.
Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah
arteri.
5.
Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik
bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk
memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan
dengan bantuan ventilator mekanik.
Adaptasi
Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil
Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting
dipertahankan,karena pada awal kehamilan sering mengalami mual dan muntah serta
diare yang berakibat pada kekurangan cairan dan elektrolit. Perasaan mual dan
muntah pada awal kehamilan disebabkan karena peningkatan hormon human Chorionic
Gonadotropin ( hCG). Selama kehamilan sekitar 500-900 mEq sodium dipertahankan
untuk kebutuhan fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang berlebihan,ginjal
meningkatkan reabsorpsi tubular.
Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas bawah
karena terhambatnya aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus rate
menurun,hal ini menyebabkan edema.
Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil
a.
Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar
6-8 gelas (1500-2000 ml).
b.
Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari.
atau paling tidak minum setiap 15 menit sekali.
c.
Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.
d.
Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan
usaha memasukkan kembali makanan dan minuman,
maka terjadi dehidrasi.
Jenis
Cairan Infus:
1.
Cairan hipotonik
hipotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang lbh rendah dgn larutan yang lain (air bergerak masuk ke dalam
sel)
Jika cairan < phi plasma darah, maka cairan bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya sel darah merah akan menggembung dan dapat pecah.
Jika cairan < phi plasma darah, maka cairan bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya sel darah merah akan menggembung dan dapat pecah.
2.
Cairan Isotonik
Isotonik adalah
suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan
lain (tidak bergerak)
jika cairan = phi
plasma darah, maka cairan bersifat isotonic terhadap plasma
darah. Hal ini menyebabkan net aliran keluar masuk sel sama dengan nol.
Akibatnya, sel darah merah tidak menggembung atau mengerut.
3.
Cairan hipertonik
hipertonik adalah larutan
yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lbh tinggi dgn larutan yang lain
(air bergerak keluar sel)
Jika cairan >
phi plasma darah, maka cairan bersifat hipertonik terhadap plasma
darah. Hal ini menyebabkan net aliran air dari dalam ke luar plasma. Akibatnya,
sel darah merah akan mengerut karena kehilangan air.
Pembagian
cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.
Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif
dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah
dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.
Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein)
cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada
dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari
luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Jenis
jenis cairan infus
Ranger laktat
(RL).
Ranger
laktat adalah larutan
isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler (cairan diluar
sel).
Larutan RL juga bisa di gunakan
untuk menormalisasi tekanan darah pada pasien combustio, 18 sampai 24 jam
setelah terjadi cedera luka bakar.
Larutan RL juga termasuk salah
satu cairan kristaloid yang bisa digunakan untuk terapi sindroma syok,
kombustio, serta hipovolemia dengan asidosis metabolik.
Cairan RL berisi Natrium Laktat,
C3H5NaO3, Natrium klorida, NaCL, Kalium klorida, KCl, CaCI2.2H2O, serta air
untuk injeksi.
Tempat metabolisme cairan RL
terutama pada hati serta sebagian kecil pada ginjal.
Kelebihan dalam memberikan cairan
ini dapat mengalami edema pada seluruh badan pasien sehingga pemakaian larutan
RL yang berlebih itu perlu di cegah.
NaCL.
Larutan NaCL Juga termasuk cairan kristaloid. Di
anjurkan pada penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, alkalosis
metabolik atau hipokhloremia.
Keuntungan menggunakan cairan ini
adalah harga lebih murah, mudah di dapat, sedikit efek samping, tidak
menyebabkan raksi alergi, serta mudah di pakai.
Cairan NaCL berisi sodium chloride
beserta air untuk injeksi. Pada kasus Gadar, biasanya cairan ini di gunakan
untuk membantu proses penanganan serta perawatan pada
Dektrose.
Larutan dextrose juga bisa di
gunakan sementara untuk mengganti kehilangan cairan dengan cara melarutkan NaCl
0,45 % dalam larutan dextrose 5 %. Larutan Dektrose juga dapat diberikan untuk
penanganan awal pada pasien hipoglikemia (gula darah rendah).
Larutan dextrose berisi glukosa,
C6H12O6, H2O, serta air untuk injeksi.
Jadi secara sederhana bisa kita
simpulkan , tujuan dari pemberian terapi cairan di bagi atas manajemen untuk
mengganti kebutuhan harian, juga untuk mengganti kehilangan cairan akut.
Pemberian cairan
melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan
tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan Bahan dan
Alat :
1.
Standar infuse
2.
Perangkat infuse
3.
Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4.
Jarum infus/ abocath atau sejenisnya
sesuai dengan ukuran
5.
Pengalas
6.
Tourniquet/pembendung
7.
kapas alkohol 70%
8.
Plester
9.
Gunting
10.
Kasa steril
11.
Betadine
12.
Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur
yang akan dilaksanakan
3.
Hubungakan cairan dan perangkat infuse
dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
4.
Isi
cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya
5.
Letakkan pengalas
6.
Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.
Gunakan sarung tangan
8.
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.
Lakukan penusukan dengan arah jarum ke
atas
10.
Cek apakah sudah mengenai vena dengan
ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
11.
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan
selang infus
12.
Buka tetesan
13.
Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan
tutup dengan kasa steril
14.
Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse
pada plester
15.
Catat respons yang terjadi
16.
Cuci tangan
Cara menghitung tetesan infus :
a.
Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = jumlah cairan
yang masuk
Lamanya infuse (jam) x
3
Atau
tetesan/menit =
Σ keb.cairan x faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60
menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus
(10 tetes menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
b.
Anak :
Tetesan per menit (mikro) = jumlah
cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)
Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan
memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi
pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah
dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1.
Standar infus
2.
Perangkat transfusi
3.
NaCl 0,9%
4.
Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5.
Jarum infus/abocath atau sejenisnya
sesuai dengan ukuran
6.
Pengalas
7.
Tourniquet/ pembendung
8.
Kapas alcohol 70%
9.
Plester
10.
Gunting
11.
Kasa steril
12.
Betadine™
13.
Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan pada pasien mengenai proosedur
yang akan dilakukan
3.
Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan
seperangkat transfuse dengan menusukkannya
4.
Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat
transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi
sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5.
Letakkan pengalas
6.
Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.
Gunakan sarung tangan
8.
Desinfeksi daerah yang akan disuntik
9.
Lakukan penusukan dengan arah jarum ke
atas
10.
Cek apakah sudah mengenai vena dengan
ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
11.
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan
selang tranfusi
12.
Buka tetesan
13.
Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan
tutup dengan kasa steril
14.
Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse
pada plester
15.
Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15
menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16.
Darah sebelum dimasukkan, terlebih
dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal
kadaluwarsa
17.
Lakukan observasi tanda-tanda vital
selama pemakaian transfusi
18.
Catat respons terjadi
19.
Cuci tangan
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Pengertian kebutuhan psikososial
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan
menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya,keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
1.
Status emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan
cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman.
Schults (1966) merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal
untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidakterpenuhi,
akibatnya dapat berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan,seperti
ansietas,kemarahan,kesepian dan rasa tidak pasti.kebutuhan interpersonal akan
inklusi, control dan afeksikadang saling tumpang tindih dan berkesinambungan.
Kebutuhan akan inklusi
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan
dengan orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat
dipenuhi dengan memberi informasidan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan
tanggung jawab perawatdalam memberi perawatan dan mengenali kebutuhan serta
kesukaan pasien
Kebutuhan akan kontrol
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang
memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan
dan otoritas.Contoh: saat orang melepaskan
tanggung jawab pribadinya dan
menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang selalu meminta
petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Dibalik perilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan kurang
percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi keperawatan iyang
membantu pasien menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan mengenai
perawatan pasien yang menunjang pemulihan kontrol.
Kebutuhan afeksi
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima berdasarkan
saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara
emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.
Rentang respons emosional
a.
Kepekaan emosional
Adlah respons emosional termasuk di pengaruhi oleh dan berperan aktif dalam
dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka
dan sadar akan persyaratannya sendiri.
b.
Reaksi berduka tak terkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang
sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata terbenam dalam proses berduka.
c.
Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan ( denial ) terhadap perasaan sendiri,
pelepasan diri keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek
dari dunia efektif seseorang
d.
Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan jyang persisten respons emosional terhadap kehilangan. Ini
dapat terjadi pada awal prosesberkabung
dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau
keduanya.penundaan atau penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
e.
Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka
berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena,
tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f.
Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaa berkepanjangan dan mudah tersinggung.
2. Konsep diri
Konsep Diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang di ketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain.konsep diri berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal dan
membedakan diri dengan orang lain. Pembentukan Konsep Diri di pengaruhi asuhan
orang tua dan lingkungan.
Komponen konsep diri:
Body image (citra tubuh)
Sikap terhadap tubuhsecara sadar dan tidak sadar. Mencangkup presepsi dan
perasaan tentangukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh dulu dan sekarang
Ideal diri
Presepsi individu(bagaimana harus berperilaku sesuai standar perilaku) dan
akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3. Harga Diri
Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis yaitu sejauh mana
prilaku memenuhi ideal diri. Harga Diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain.
Sukses → Harga Diri tinggi, gagal → Harga Diri rendah
4.
dukungan sosial
informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information
from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a
network of communication and mutual obligation “ (Siegel dalam Taylor, 1999).
DAFTAR
PUSTAKA
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Uliyah,Musrifatul dkk.2008.keterampilan dasar praktik
klinikuntuk kebidanan edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar