BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan pelayanan kebidanan di dalam negeri
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan
kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus
berkembangnya pelayanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara Indonesia yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, Tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup(SDKI tahun 1997) dan penurunan yang lambat merupakan masalah prioritas yang harus segera di atasi. Dalam upaya penurunan angka kematian ibu, berbagai upaya telah dilaksanakan dan salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
Mengingat hal diatas, Tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup(SDKI tahun 1997) dan penurunan yang lambat merupakan masalah prioritas yang harus segera di atasi. Dalam upaya penurunan angka kematian ibu, berbagai upaya telah dilaksanakan dan salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini akan
penulis tuangkan dalam bentuk pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana perkembangan pelayanan kebidanan
di Indonesia
2. Bagimana
perkembangan pelayanan Kebidanan zaman dahulu
3. Bagimana perkembangan pelayanan kebidanan dalam tahun terakhir
4. Bagimana mengetahui perkembangan pelayanan
kebidanan di masa depan
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan
kebidanan di Indonesia
2. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan
Kebidanan zaman dahulu
3. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan dalam tahun terakhir
4. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan
kebidanan di masa depan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri
Pelayanan kebidanan adalah
seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya
ibu dan anak-anak.
Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
a.
Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang
diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.
Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam
rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c.
Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan
pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih
tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab
layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman merintahan Hindia Belanda, angka
kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun.
Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun
dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak tidak
berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan
kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.
Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer
Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan
pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu
kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun
1952 mulai diadakan pelatihan bidan
Secara formal agar dapat meningkatkan kualitas
pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuandan keterampilan tentang pelayanan
kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun
1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di
nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu
dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan
terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada
wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai
tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang
Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di
desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA,
khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah
kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat
setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda
halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang
diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan
poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga
berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi
kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi
Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive
health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area
tersebut meliputi :
1.
Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan
perawatan abortus
2.
Family Planning
3.
Penyakit menular seksual termasuk infeksi
saluran alat reproduksi
4.
Kesehatan reproduksi pada remaja
5.
Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya
didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut
diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang
menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari :
a.
Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan
terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas
lain.
b.
Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah
menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang
umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah
pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan
praktek perorangan di bawah pengawasan dokter
c.
Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur
tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya
diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan
dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
· Pelayanan
kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
· Pelayanan
Keluarga Berencana
· Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
d.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang
pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan
tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan
Praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan
bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan
yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan
bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
B.
Pelayanan
Kebidanan di Indonesia
Sejak dulu sampai sekarang
tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “Dukun bayi “ ia
merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang
berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas. Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur jenderal
Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi
orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka
pendidikan Dokter
Jawa di
Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto).
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini
kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang
pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun
1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter
umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada
tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih
berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.
Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenali
dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang
akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring
dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana
bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah
akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan
pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan :
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan :
a.
Pemeriksaan Antenatal
b.
Pemeriksaan Post natal
c.
Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita
d.
Kleuarga Berencana
e.
Penyuluhan Kesehatan
Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan
para dukun bayi. Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada
tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh
Indonesia.
Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun
1990 pelayan kebidanan diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kegiatan ini melalaui instruksi presiden secara lisan pada
Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya
pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas
orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang berorientasi
pada individu.
C.
Pelayanan
Kebidanan Zaman Dahulu
Perawatan zaman dahulu atau
sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun menjalankan
perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah dukunnya sendiri.
Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain :
a.
Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan
kepada Tuhan YME.
b.
Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu
dengan menyajikan kurban-kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh
dukun.
c.
Melakukan massage/mengurut penderita.
d.
Penderita harus melakukan pantangan atau diet
yang oleh dukun itu pula.
e.
Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan
ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.
f.
Memakai obat-obatan banyak dipakai dari
tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang akarnya.
g.
Perawatan Kebidanan
1. Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti :
a. Melakukan
pantangan
· Pantangan
makanan tertentu
· Pantangan
terhadap pakaian
· Pantangan
terhadap jangan pergi malam
· Pantangan
jangan duduk di muka pintu
b. Kenduri
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3
bulan sebagai tanda wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur
kehamilan 7 bulan.
2. Persalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas
tikar, di lantai dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara
bekerja dengannya mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak
apabila anak telah kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca
mantra-mantra. Setelah anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis.
Tali pusat dipotong dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi
kunyit sebagai desinfektan.
3. Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun
selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan
juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi.
D.
Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam Tahun
Terakhir
Karena pelayanan kebidanan
yang adekuat itu hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang tinggal di
kota-kota sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan tidak mendapatkan
pelayanan tersebut maka keadaan ini melahirkan konsep puskesmas ( Community
Health Care )
Pembentukan Puskesmas
dimulai pada Pelita I ( 1969 – 1974 ) tapi baru berkembang pada Pelita II (
1974 – 1979 ).
Sejalan dengan hal tersebut
maka pendidikan perawat pun ditertipkan lebih berkonsentrasi pada masyarakat
dan didirikan sekolah perawat kesehatan dimana pada sekolah ini diberikan mata
pelajaran KIA termasuk pelayanan kebidanan.
Dibentuknya program pembangunan kesehatan pada tahun 1975. PKMD ini bekerja sama dengan lembaga sosial desa, tenaga-tenaganya diambilka di masyarakat dan diberi pelatihan selama 4 bulan selanjutnya mereka akan bertugas memberikan pertolongan pertama pengobatan ringan termasuk penyuluhan dalam hal KIA dalam program PKMD ini agar pelayanan kebidanan berlangsung aman dan dapat dilaksanakan dengan baik maka :
Dibentuknya program pembangunan kesehatan pada tahun 1975. PKMD ini bekerja sama dengan lembaga sosial desa, tenaga-tenaganya diambilka di masyarakat dan diberi pelatihan selama 4 bulan selanjutnya mereka akan bertugas memberikan pertolongan pertama pengobatan ringan termasuk penyuluhan dalam hal KIA dalam program PKMD ini agar pelayanan kebidanan berlangsung aman dan dapat dilaksanakan dengan baik maka :
1.
Dibuka balai KIA didesa agar semua ibu hamil
dapat memeriksakan diri secara teratur
2.
Tenaga dukun harus tetap dibuka dan diawasi
3.
Pengawasan terhadap pelayanan KIA oleh bidan
ditingkatkan
4.
PUSKESMAS sebaiknya dapat melaksanakan
pertolongan persalinan ditempat
E.
Pelayanan Kebidanan Di Masa Depan
Keberhasilan pembangunan
kesehatan dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan
anak terutama pada ibu hamil, bersalin dan ibu nifas serta janin / bayi pada
masa pranatal. Hal ini ditandai dengan tingginya AKI dan AKB. Sebagai salah
satu program prioritas dalam pembangunan kesehatan yaitu dengan menyediakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas sedekat mngkin dengan masyarakat yang
didukung oleh peningkatan keterjangkauan dan kualitas pelayanan rujukan tenaga
yang mempunyai peran besar dalam pelayanan KIA ialah BIDAN. Oleh karena itu
sejak tahun 1990/1991 DEPKES menempatkan BIDAN-BIDAN DI DESA
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pelayanan kebidanan di
Indonesia perlu ditingkatkan mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan
anak (AKIA). Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman
dahulu dengan pelayana kebidanan zaman sekarang merupakan wujud peningkatan
pelayanan kebidanan. Tetepi dalam melakukan perubahan tersebut tidaklah mudah,
butuh proses dan waktu yang tidak singkat untuk mewujudkan pelayanan kebidanan
yang berkualitas.
B.
Saran
Dengan penulisan makalah
ini penulis berharap lembaga kesehatan dalam hal ini para bidan mampu
meningkatkan pelayanan kebidanan guna membangun generasi muda dan generasi
penerus bangsa menjadi manusia yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Mufdlilah,
dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha MedikaPurwandari, Atik. 2006. Konsep Kebidanan: Sejarah dan Profesionalisme.
Jakarta: EGC
Walyani, Elisabeth Siwi dan Th.Endang Purwoastuti. 2014. Konsep kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar