Senin, 13 Maret 2017

Makalah Konsep Kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang  Masalah
Perkembangan pelayanan kebidanan di dalam negeri terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara Indonesia yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, Tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup(SDKI tahun 1997) dan penurunan yang lambat merupakan masalah prioritas yang harus segera di atasi. Dalam upaya penurunan angka kematian ibu, berbagai upaya telah dilaksanakan dan salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini akan penulis tuangkan dalam bentuk pertanyaan berikut ini :
1.      Bagaimana perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia
2.      Bagimana  perkembangan pelayanan Kebidanan zaman dahulu
3.      Bagimana perkembangan  pelayanan kebidanan dalam tahun terakhir
4.      Bagimana mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan di masa depan

C.   Tujuan dan Manfaat  Penulisan
1.      Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia
2.      Untuk mengetahui perkembangan pelayanan Kebidanan zaman dahulu
3.      Untuk mengetahui perkembangan  pelayanan kebidanan  dalam tahun terakhir
4.      Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan di masa depan




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.
Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
a.         Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.        Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c.         Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman merintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan
Secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuandan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1.         Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2.         Family Planning 
3.         Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4.         Kesehatan reproduksi pada remaja
5.         Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari :
a.         Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
b.        Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter
c.         Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
·      Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
·      Pelayanan Keluarga Berencana
·      Pelayanan Kesehatan Masyarakat
d.        Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan
Praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.


B.     Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “Dukun bayi “ ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter
Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto).
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan. Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenali dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan :
a.         Pemeriksaan Antenatal
b.        Pemeriksaan Post natal
c.         Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita
d.        Kleuarga Berencana
e.         Penyuluhan Kesehatan
Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan para dukun bayi. Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia.
Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini melalaui instruksi presiden secara lisan pada
Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang berorientasi pada individu.

C.    Pelayanan Kebidanan Zaman Dahulu
Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain :
a.              Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME.
b.             Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.
c.              Melakukan massage/mengurut penderita.
d.             Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
e.              Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.
f.              Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang akarnya.
g.             Perawatan Kebidanan  
1.      Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti :
a.        Melakukan pantangan
·      Pantangan makanan tertentu
·      Pantangan terhadap pakaian
·      Pantangan terhadap jangan pergi malam
·      Pantangan jangan duduk di muka pintu
b.      Kenduri
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.

2.      Persalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.
3.      Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi.

D.    Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam Tahun Terakhir
Karena pelayanan kebidanan yang adekuat itu hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang tinggal di kota-kota sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan tidak mendapatkan pelayanan tersebut maka keadaan ini melahirkan konsep puskesmas ( Community Health Care )
Pembentukan Puskesmas dimulai pada Pelita I ( 1969 – 1974 ) tapi baru berkembang pada Pelita II ( 1974 – 1979 ).
Sejalan dengan hal tersebut maka pendidikan perawat pun ditertipkan lebih berkonsentrasi pada masyarakat dan didirikan sekolah perawat kesehatan dimana pada sekolah ini diberikan mata pelajaran KIA termasuk pelayanan kebidanan.
Dibentuknya program pembangunan kesehatan pada tahun 1975. PKMD ini bekerja sama dengan lembaga sosial desa, tenaga-tenaganya diambilka di masyarakat dan diberi pelatihan selama 4 bulan selanjutnya mereka akan bertugas memberikan pertolongan pertama pengobatan ringan termasuk penyuluhan dalam hal KIA dalam program PKMD ini agar pelayanan kebidanan berlangsung aman dan dapat dilaksanakan dengan baik maka :
1.             Dibuka balai KIA didesa agar semua ibu hamil dapat memeriksakan diri secara teratur
2.             Tenaga dukun harus tetap dibuka dan diawasi
3.             Pengawasan terhadap pelayanan KIA oleh bidan ditingkatkan
4.             PUSKESMAS sebaiknya dapat melaksanakan pertolongan persalinan ditempat

E.     Pelayanan Kebidanan Di Masa Depan
Keberhasilan pembangunan kesehatan dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak terutama pada ibu hamil, bersalin dan ibu nifas serta janin / bayi pada masa pranatal. Hal ini ditandai dengan tingginya AKI dan AKB. Sebagai salah satu program prioritas dalam pembangunan kesehatan yaitu dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas sedekat mngkin dengan masyarakat yang didukung oleh peningkatan keterjangkauan dan kualitas pelayanan rujukan tenaga yang mempunyai peran besar dalam pelayanan KIA ialah BIDAN. Oleh karena itu sejak tahun 1990/1991 DEPKES menempatkan BIDAN-BIDAN DI DESA



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pelayanan kebidanan di Indonesia perlu ditingkatkan mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak (AKIA). Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman dahulu dengan pelayana kebidanan zaman sekarang merupakan wujud peningkatan pelayanan kebidanan. Tetepi dalam melakukan perubahan tersebut tidaklah mudah, butuh proses dan waktu yang tidak singkat untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas.

B.     Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap lembaga kesehatan dalam hal ini para bidan mampu meningkatkan pelayanan kebidanan guna membangun generasi muda dan generasi penerus bangsa menjadi manusia yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Mufdlilah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Purwandari, Atik. 2006. Konsep Kebidanan: Sejarah dan Profesionalisme.
Jakarta: EGC
Walyani, Elisabeth Siwi dan Th.Endang Purwoastuti. 2014. Konsep kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar