BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kwashiorkor ialah suatu keadaan
kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama penyakit ini adalah
defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung
nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan
terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Selain oleh pengaruh negatif faktor
sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik),
infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup
dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Semua enzim, berbagai hormon,
pengangkut zat-zat gizi dan darah adalah protein.
Protein (berasal dari kata protos dari
bahasa yunani yang berarti “ yang paling utama”) adalah senyawa organic
kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide.
Molekul protein mengandung karbon,
hydrogen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan
penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus. Kebanyakan
protein merupakan enzim atau subunit
enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis,
seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan
sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak
mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan
salah satu dari biomolekul raksasa,
selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan
penyusun utama makhluk hidup. Selain itu,
protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak
diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun1838.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui zat gizi yang dibutuhkan pada tumbuh kembang anak normal
2.
Untuk mengetahui pemberian asupan makanan yang seimbang untuk anak
3.
Untuk mengetahui kelainan yang timbul bila terjadi kekurangan satu atau lebih
zat gizi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang
disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan
kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar
adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai
Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan
kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis. Penyakit ini merupakan bentuk
malnutrisi paling banyak didapatkan di dunia ini, pada dewasa ini,terutama
sekali pada wilayah-wilayah yang masih terkebelakangan bidang industrinya.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D.
Williams pada rangkaian saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935
(1,9). Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan
dengan defisiensi dari nutrien apa. Akhirnya baru diketahui defisiensi protein
menjadi penyebabnya.
Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein,
tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung
nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi kalori sehingga
sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun marasmus.
B. Etiologi
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4
tahun ,namun dapat pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi
pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor
paling mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang
tidak adekuat atau tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor
dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya,
tetapi kebiasaan adat atau ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan
penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain
memepersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi
protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai
biologik yang baik.Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang
dijumpai pada keadaan diare kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada
proteinuria (nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan
melakukan sintesis protein , seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati
yang kronis.
C.Epidemiologi
Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu
yaitu bayi pada masa menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang
merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk
tumbuh sebaik-baiknya. Sindrom demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai
negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa (1,2). Penyakit
ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini
dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan
yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan
(3). Bahan makanan tersebut cukup mahal , sehingga tidak terjangkau oleh mereka
yang berpenghasilan rendah.
Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya
penyebab penyakit ini. Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik,
misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak
diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak digunakan
sebagaimana mestinya (2). Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan,
cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari
timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk, sehingga mereka
mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat
atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.
D. Patogenesis
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan
hati disebabkan gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan
gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi
katabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi
oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam
dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan
untuk sintesis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam
amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar,
sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan
lipoproteinbeta sehingga transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga
terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
E. Manifestasi
Klinis
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup
letargi,apati, dan iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat
berupa pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan
otot, menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi dan edema. Nafsu makan
berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot
menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau kalau sudah lanjut,
infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini,kegagalan
mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi ,yang
kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat pada
muka dan anggota gerak.
1.
Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor
tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial
serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
2.
Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan
yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan
dengan anak sehat.
3.
Perubahan Mental
Biasanya
penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4.
Edema
Pada
sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan
dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5.
Kelainan Rambut
Perubahan
rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya.
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut
tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi
panjang.
6.
Kelainan Kulit
Kulit
penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai
kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea,
lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian
dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan
berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam
oleh hiperpigmentasi.
7.
Kelainan Gigi dan Tulang
Pada
tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8.
Kelainan Hati
Pada
biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda
fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi
akibat defisiensi faktor lipotropik.
9.
Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia
ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit
lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat
dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang
penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,
B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi
defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan
Kelenjar Lain
Di
pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan
usus halus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa
terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala
gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya
dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita (5,6). Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi
atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi
laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat
defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi
villi mukosa usus halus. Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit
terjadi pada tempat-tempat yang mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah
yang terkena sinar matahari.. Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta
kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat
jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan
atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang berlebihan.
F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat
melalui pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis
yang pertama adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum
seperti yang telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat,moon
face, kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada
palpasi ditemukan hepatomegali.
G. Pencegahan
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah
yang tepat dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein
(12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang
dengan cukup karbohidrat, cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya
kwashiorkor. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk
mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein
hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein
dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei.
H.
Penanganan
1. Prosedur
tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar penanganan 10 langkah
utama (diutamakan penanganan kegawatan)
·
Penanganan hipoglikemi
·
Penanganan hipotermi
·
Penanganan dehidrasi
·
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
·
Pengobatan infeksi
·
Pemberian makanan
·
Fasilitasi tumbuh kejar
·
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
·
Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
·
Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Perawatan
Medis
·
Pada anak dan orang dewasa, langkah pertama dalam pengobatan
kekurangan energi protein (KEP) adalah untuk mengoreksi kelainan cairan dan
elektrolit dan untuk mengobati setiap infeksi. Kelainan elektrolit yang paling
umum adalah hipokalemia, hipokalsemia, hypophosphatemia, dan hypomagnesemia.
·
Pemberian makronutrien harus dimulai dalam waktu 48 jam di
bawah pengawasan spesialis gizi.
·
Sebuah studi double-blind dari 8 anak dengan
kwashiorkor dan ulserasi kulit menemukan bahwa pasta seng topikal lebih efektif
dibandingkan plasebo dalam bidang penyembuhan kerusakan kulit. Suplemen seng
oral juga ditemukan efektif. Langkah kedua dalam pengobatan kekurangan energi
protein (yang mungkin tertunda 24-48 jam pada anak) adalah menyediakan
macronutrients dengan terapi diet.
·
Susu formula berbahan dasar adalah pengobatan pilihan. Pada
awal pengobatan diet, pasien harus diberi makan ad libitum. Setelah 1 minggu,
harga asupan harus mendekati 175 kkal / kg dan 4 g / kg protein untuk anak-anak
dan 60 kkal / kg dan 2 g / kg protein untuk orang dewasa. Sebuah multivitamin
setiap hari juga harus ditambahkan.
3. Pengobatan
penyakit penyerta
·
Defisiensi vitamin A Bila ada kelainan di mata, berikan
vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila
terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :
1. umur > 1
tahun
: 200.000 SI/kali
2. umur 6 – 12
bulan : 100.000 SI/kali
3. umur 0 – 5
bulan
: 50.000 SI/kali
·
Bila ada ulkus dimata diberikan : Tetes mata khloramfenikol
atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, Teteskan tetes
mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari. Tutup mata dengan kasa
yang dibasahi larutan garam faali
·
Dermatosis. Dermatosis ditandai adanya :
hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi
eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain
oleh Candida. Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena
dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak
kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap
kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng
(Zn) : beri preparat Zn peroral
·
Parasit/cacing Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali
sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.
·
Diare berkepanjangan Diobati bila hanya diare berlanjut
dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa.
Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari
melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol
7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
·
Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk,
lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila
positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.
5. Konsultasi
·
Konsultasi Setiap pasien pada risiko kekurangan gizi harus
dirujuk ke ahli diet atau profesional gizi lainnya untuk penilaian gizi lengkap
dan konseling diet.
·
Arahan subspesialisasi lain harus dipertimbangkan jika
temuan dari evaluasi awal menunjukkan bahwa penyebab mendasarnya bukan asupan
gizi yang buruk.
·
Jika tanda-tanda menunjukkan malabsorpsi, pencernaan harus
dikonsultasikan.
·
Selanjutnya, pada kasus pediatrik, seorang dokter anak,
sebaiknya satu dengan pengalaman dalam pengelolaan kekurangan energi protein
(KEP), harus mengawasi perawatan pasien.
·
Setiap pasien dengan kelainan laboratorium yang signifikan,
seperti dibahas di atas, dapat mengambil manfaat dari konsultasi dengan
subspesialisasi yang sesuai (misalnya, endokrinologi, hematologi).
·
Anak-anak dengan gizi buruk sekunder untuk asupan yang tidak
memadai dan / atau kelalaian harus dirujuk ke lembaga sosial yang tepat untuk
membantu keluarga dalam mendapatkan sumber daya dan menyediakan perawatan
berkelanjutan bagi anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kwashiorkor adalah
satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa
dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
Kasus kwashiorkor
sering terjadi pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa menyusui dan
pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan golongan umur yang
relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya.
Asupan makanan harus selalu cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak berlebihan sehingga
menyebabkan obesitas. Juga, karena makanan yang berbeda mengandung proporsi
protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan yang wajar
juga harus dipertahankan di antara semua jenis makanan ini sehingga semua
segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.
Melaksanakan pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak bertujuan untuk memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan; memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas, pertumbuhan jasmani serta psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan.
Melaksanakan pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak bertujuan untuk memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan; memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas, pertumbuhan jasmani serta psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan.
B. Saran
1.
Perlu pengawasan khusus untuk mengembalikan anak ke kondisi normal
2.
Perlu keseimbangan gizi untuk tumbuh kembang anak
3.
Perlu dilakukan edukasi pada keluarga penderita agar memperhatikan gizi
4.
Perlu diberikan penyuluhan untuk mengurangi kasus serupa
DAFTAR PUSTAKA
Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Buku
Kuliah ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985
Dr.
Lisal Sp.A., Diktat Kuliah Ilmu Gizi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Hasanuddin
Robert
M. Kliegman MD, Hal B. Jenson MD, Nelson Essential of Pediatrics 5th Edition,
Elsevier Saunders, 2000
Scheinfeld
NS. Protein Energy Malnutrition. Emedicine.com.
Benjamin
W. Van Voorhees, MD, MPH, Assistant Professor of Medicine and Pediatrics,
Article on Kwashiorkor, University of Chicago, Verimed Healthcare Network,
http//www.medlineplus.com
http://elisdwi161293.blogspot.com/2013/05/kwashiorkor.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar