LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN
“ Menentukan
Kalor yang Hilang Dalam Proses Pertukaran Kalor “
Di Susun Oleh
:
Pratiwi Atmanegara
NIM : 16140227
Kelas B13.2
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
I.
Judul : Menentukan
Kalor yang Hilang Dalam Proses Pertukaran Kalor
II.
Tujuan :
a.
untuk mengetahui cara menentukan jumlah kalor yang hilang dalam proses pertukaran kalor
antara air yang bersuhu tinggi dan air yang bersuhu rendah.
b.
Mengetahui dan memahami faktor faktor yang mempengaruhi
besarnya kalor yang hilang.
III.
Alat dan Bahan
a. Beaker glass
250 ml, 2 buah.
b. Pemanas air
c. Termometer
batang
d. Timbangan
e. Gabus
f. Gelas ukur
g. Stopwatch
h. Alat pemanas
(kaki tiga,kawat kassa,spirtus,korek api)
IV.
Dasar Teori
Jika 2 sistem yang berbeda suhunya
bersentuhan, maka system yang suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor dan
system yang suhunya lebih rendah akan menyerap kalor. Karena melepas kalor,
maka system yang suhunya lebih tinggi akan turun suhunya. Sebaliknya sitem yang
suhunya lebih rendah akan naik suhunya. Pada suatu saat akan terjadi
kesetimbangan termal, dan suhu kedua sistem menjadi sama.
Menurut hukum kekekalan energi,
kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diserap. Dalam kasus kedua system
adalah system terbuka, maka sebagian kalor diserap oleh lingkungan. Kalor ini
sering dianggap sebagai kalor yang hilang.
Misalnya bejana 1 berisi air dengan
massa m1 dan suhu awal t1. Bejana 2 berisi air dengan
massa m2 dan suhu awal t2. Diketahui t2 lebih
besar dari t1. Kalor jenis air adalah 1 kal/gram°C. Setelah tercapai
kesetimbangan termal, suhu campuran menjadi tc. kalor yang dilepas
bertanda negatif dan kalor yang diserap bertanda positif. Menurut Azas Black :
Kalor yang dilepas = kalor yang
diserap
-m2 x c x (t1-t2)
= m1 x c x (t2-t1) + kalor yang hilang.
Karena besaran-besaran yang lain
diketahui nilainya kecuali besaran kalor yang hilang, maka besarnya kalor yang
hilang dapat ditentukan.
Untuk mengurangi jumlah kalor yang
hilang, maka bejana tempat percampuran dapat diberi bahan yang tidak mudah
menyerap kalor, atau tidak mudah menghantar kalor ke lingkungan.
V.
Prosedur
a. Isi air dalam 2 bejana,
masing-masing ± 100 ml
b. Ukur volume air dalam masing-masing
bejana
c. Hitung massa air dalam masing-masing
bejana
d. Panaskan air dalam salah satu bejana
e. Ukur suhu air dalam masing-masing bejana
f. Campurkan air ke dalam salah satu
bejana
g. Biarkan beberapa saat sampai suhu
campuran air itu konstan
h. Ukur suhu campuran air itu
i.
Catat semua data yang diperoleh
j.
Lapisi salah satu bejana tempat mencampur air dengan gabus.
Ulangi kembali langkah a sampai langkah h
VI.
Data
Berapa kalor yang hilang ?
Jawaban :
a.
Sebelum diisi air
Beaker glass panas : 203,4 gram
Beaker glass dingin : 204,43 gram
Td = 280c
b.
Setelah diisi air
Beaker glass dingin : 291,74 gram
Beaker glass panas
: 381,56 gram
Mp = 381,56 – 203,4 = 178,16 gram
Md = 291,74 – 204,43 = 87,31 gram
Tp = 760c
Td = 280c
Tc = 760c - 280c = 560c
∆tp = tp – tc
= 760c
- 560c
= 200c
∆td = tc – td
= 560c
- 280c
= 280c
Q.Hilang = mp.cp. ∆tp – md.cd. ∆td
= 178,16 × 1,20 – 87,31 × 1,28
= 3.563,2 – 2.444,68
= 1.118.52 0c
Jadi kalor yang hilang adalah 1.118.52 0c
VII.
Analisis Data
Dan Pembahasan
Analisis Data
Qlepas = Qterima +
Qhilang
-m2 x cair x ∆tp = m1 x Cair
X ∆td + Qhilang
-m2
x Cair x (tc─t2) = m1 x Cair (tc─t2)
+ Qhilang
m2 x Cair x (t2─tc) = m1 x Cair (tc─t1)
+ Qhilang
m2 x C (t2─tc) – m1
x C (tc─t1) = Qhilang
Pada umumnya reaksi kimia
disertai dengan efek panas, pada reaksi eksoterm kalor dilepaskan. Sedangkan
pada rekasi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang dilepas berkaitan dengan
suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, jumlah zat yang bereaksi, keadaan
fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi serta bergantung pada suhu. Secara
eksperimental kalor reaksi ditentukan oleh alat kalorimeter.
Tidak semua reaksi dapat
ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi
berkesudahan yang berlangsung dengan cepat. Seperti reaksi pembakaran, reaksi
penetralan dan reaksi pelarutan. Kalorimeter sederhana disusun sedemikian rupa
dengan menggunakan isolator (gabus) yang ditempatkan disekeliling gelas yang
menjadi lapisan dalam kalorimeter agar dapat memperlambat terjadinya pertukaran
kalor antara sistem dengan lingkungan.
Pada percobaan pertama, penentuan
tetapan kalorimeter menunujukkan peningkatan suhu yang terjadi pada saat
ditambahkannya air panas. Sebelum ditambahkan suhunya 32˚ C, dan setelah
ditambahkan air panas suhu rata-rata pada campuran tersebut ialah 39,75 ˚C.
Percobaan ini terjadi peristiwa eksotermik. Dari data pengamatan yang diperoleh
didapatka nilai K (tetapan kalorimeter) sebesar29,8 J/kg dengan ∆H bertanda
negative (-) terjadi karena merupakan rekasi eksotermik. Rekasi eksotermik
adalah perpindahan panas/ kalor dari sistem kelingkungan.
VIII.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan kemarin saya
bisa mengambil kesimpulan tentang praktikum menentukan kalor yang hilang dalam
proses pertukaran kalor adalah jika kita menghitung Q hilang dengan tanpa gabus
maka hasil yang kita peroleh adalah negative, karena tanpa gabus tempatnya
terbuka dan banyak kalor yang hilang, seperti yang ada di teori. Sedangkan jika
kita memakai pelapis gabus hasilnya adalah positif dan dikarenakan jika memakai
gabus dengan penutup kalor yang akan keluar akan terpantul lagi kedalam,
dan yang keluar hanya sedikit, misalkan contohnya termos. Termos dapat
menyimpan air tetap panas didalam nya, karena termos tertutup dan di lapisin gabus serta bahan yang lain.
IX.
Aplikasi Medis
1. Kompres
Kompres
merupakan salah satu cara yang populer untuk meredakan rasa sakit Bahkan,
sekarang juga diproduksi kompres instan sekali pakai untuk meredakan demam.
Umumnya ada dua macam pilihan kompres yaitu kompres panas dan dingin.
Apa ya bedanya
kedua jenis kompres tersebut?
Ketika
seseorang demam, selain mengonsumsi obat penurun panas, juga dapat dibantu
dengan kompres. Jenis kompres apa yang digunakan untuk menurunkan panas?
Kompres panas merupakan pilihan yang tepat untuk menurunkan demam. Mengapa
bukan kompres dingin? Karena jika diberi kompres dingin, maka bagian otak yang
bernama hipotalamus akan menangkap pesan bahwa tubuh dalam suhu rendah akibat
dari kompres tadi, sehingga otak justru akan memerintahkan untuk meningkatkan
suhu tubuh kita.
Jadi, fungsi
kompres panas tadi adalah agar hipotalamus menangkap pesan bahwa suhu tubuh
tinggi alias panas sehingga suhu tubuh harus diturunkan. suhu yang disarankan untuk kompres panas
adalah 40-50º C.
Selain untuk
menurunkan demam, kompres panas juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
pada saat cedera. Namun, tidak boleh digunakan pada cedera akut atau
cedera yang baru saja terjadi karena justru akan memperparah kondisi cedera
atau luka.
Kompres panas
ini dapat digunakan untuk cedera yang sudah lebih dari 48 jam. Kompres panas
juga dapat digunakan buat perempuan yang tengah mengalami nyeri haid atau
dismenorhea. Caranya adalah tempelkan
kompres panas pada bagian perut yang nyeri. Namun, kompres hangat tidak boleh
digunakan di perut pada orang yang mengalami radang atau infeksi usus buntu.
Sementara itu,
untuk cedera atau luka baru, gunakan kompres dingin. Kompres dingin berguna
untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada luka yang mengalami peradangan.
Suhu dingin
akan menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi, yaitu
menyempitnya pembuluh darah menjauhi kulit agar panas tak banyak keluar ke
lingkungan sekitar. Akibat vasokonstriksi ini, maka aliran darah pada daerah
yang bengkak akan berkurang sehingga perdarahan dan memar yang menyebabkan
bengkak pun berkurang.
Kompres selama
20 menit dapat membantu meregangkan dan menenangkan bagian tubuh yang mengalami
cedera.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1987. Buku Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4.Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999.Buku Kimia Dasar 1.Bandung : ITB Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar