.Nama Tradisi
|
KIA
|
Tujuan
|
|
Biso Tian
(cuci perut)
|
Tradisi Biso Tian dalam kebanyakan masyarakat Suku Samawa
adalah tradisi yang mengajarkan manusia untuk hidup berdampingan dengan yang
lainnya, bersosialisasi dan memiliki tenggang rasa dan juga saling berbagi
dalam pergaulan sehari-hari. Diawali dengan memandikan calon ibu dengan air
kembang, Biso Tian pun dimulai. Doa-doa untuk kemudahan dan kebaikan
bagi calon ibu mengalir dari bibir Sandro Tamang sepanjang mandi
kembang berlangsung. Guyuran lembut yang dipenuhi bunga-bunga tentu saja
memberikan kenyamanan bagi calon ibu dan bayi yang dikandungnya. Setelah itu,
sang calon ibu mempercantik penampilannya dengan memakai pakaian adat Sumbawa
khusus untuk ibu hamil 7 bulan, menuju prosesi
inti Biso Tian.
|
Biso Tian bertujuan sebagai ungkapan kebahagiaan
menanti bayi pertama dari seorang ibu. Selain itu, meramaikan acara tujuh
bulanan khas Sumbawa ini juga untuk memberikan kekuatan dan semangat kepada
si calon ibu yang baru pertama kali akan mengalami proses luar biasa dalam
hidupnya, yaitu melahirkan
|
|
Gunting
bulu
|
Rambut yang digunting dengan buah bulu tersebut
dimasukkan ke dalam sebuah kelapa muda berukuran kecil dan berwarna kuning
yang disebut nyir gading berisi air dan bunga-bunga yang dikenal dengan
kembang setaman. Ini merupakan simbolisasi bahwa tiap bagian dari manusia
yang lahir itu demikian dihargai sehingga ditempatkan pada tempat yang baik
(harum dengan bunga-bunga). Dari simbol bunga setaman ini, diharapkan anak
tersebut kelak akan menjadi anak yang mandiri, memiliki pikiran yang jernih
dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan juga memiliki keluasan cara
pandang dalam hidupnya sehingga dapat meraih kemasyhuran atas dirinya.
Sesuai dengan doa dan harapan dari orang tua si bayi dan juga masyarakat sekitarnya kelak ia mendapat tempat yang baik dalam kehidupannya karena perangai yang baik pula dalam bergaul. Kelapa muda yang dipakai sebagai wadah untuk menampung rambut tersebut, dipotong bagian atasnya seperempat bagian. |
Tradisi ini
menyerap kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah dahulu secara simbolik
saja. Di zaman itu, anak usia tujuh hari rambutnya dicukur hingga
gundul. Lalu rambut tersebut ditimbang seluruhnya. Maka seberat timbangan
rambut itulah berat emas dan perak yang disedekahkan kepada fakir miskin.
Buah bulu yang terbuat dari emas atau perak, sekarang lebih banyak dipakai
sebagai simbol emas yang akan disedekahkan. Maka secara simbolik pula, pada
saat rambut si bayi digunting bersamaan dengan buah bulu yang digantung
di rambutnya.
|
|
turin
tanak (turun tanah)
|
bayi-bayi tidak diperkenankan keluar rumah sebelum
acara turin tanak sampai usia tiga bulan. Ia akan tetap berada di rumah dan
tidak boleh keluar rumah. Tampaknya, cara tradisional ini juga sangat
melindungi anak-anak karena tentu saja, selama tiga bulan itu ia akan selalu
didampingi oleh ibunya yang tentu juga akan memberikan ASI padanya. Dalam
masa itu, ia bisa mendapatkan ASI eksklusif.
|
sebagai simbol bahwa si bayi sudah harus bersatu
dengan alamnya. Sebagai simbol ia menginjak bumi, biasanya tanah telah
disiapkan dalam sebuah tampi (wadah untuk membersihkan beras khas Sumbawa).
Kaki si bayi akan disentuhkan pada tanah tersebut.
Upacara turun tanah ini juga biasanya diadakan saat anak berusia tiga bulan. Si anak dibawa turun ke tanah melewati tangga-tangga yang menjadi jalan naik menuju rumah panggung. Saat berada di tanah tersebut, sebuah jaring nelayan - jala dalam istilah masyarakat Sumbawa Barat, ramang dalam istilah Sumbawa, akan dilemparkan pada si anak yang didampingi kedua orang tuanya. Maka, yang akan kena jaring tersebut adalah si anak, ayah dan ibunya. Ini merupakan simbol si anak dan keluarganya diterima dalam lingkungan dan masyarakat sosialnya. Selain itu, makna jaring ini juga adalah untuk menjaring penyakit agar si anak terhindar dari sakit yang berbahaya. |
|
Upacara Cafi Sari |
Upacara
cafi sari dilakukan setelah bayi berumur tujuh hari. cafi sari dalam
bahasa Indonesia berarti upacara menyapu lantai. Sebagai tanda terima
kasih kepada sando nggana, sang ibu memberi “soji”atau
sesajen yang terdiri dan kue tradisional mbojo. Seperti pangaha kahuntu,karuncu, pangaha bunga,
pangaha sinci, ka dodo, arunggina dan kalempe.
Penyerahan soji merupakan lambang harapan orang tua, agar bayinya kelak akan
hidup bahagia sejahtera. Bagi keluarga yang mampu, upacara cafi sari dilaksanakan bersamaan dengan upacara qeqa atau aqiqah. Yaitu upacara yang sesuai dengan ajaran Islam. Yang menganjurkan orang tua untuk menyembelih seekor kambing yang sehat. Sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. |
Maksud dari upacana ini, ialah menyampaikan
puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya karena sang ibu bersama
bayi sudah lahir dengan selamat. Menurut kepercayaan tradisional pada usia
tujuh hari, bayi akan memasuki kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan
dalam kandungan.
|
|
Upacara Dore. |
Yang
dimaksud dengan upacara dore ialah, upacara
menyentuhkan telapak kaki bayi pada tanah. Beberapa gumpal tanah yang diambil
dihalaman masjid disimpan diatas pingga bura. Tanah
itulah yang akan diinjak oleh bayi. |
Acara dore, bertujuan untuk mengingatkan bayi,
bahwa kelak dia akan hidup di bumi yang bersih dan subur. Bayi harus mampu
memanfaatkan kekayaan bumi untuk kebahagiaan keluarga dan masyarakat. Sebab
itu bayi harus menjaga keselamatan bumi atau negeri.
|
|
Waari ro
sai
|
Wari ro sai berarti suatu pekerjaan/perbuatan bapaknya si calon
bayinya,dengan selalu mengucapkan “aina wari ro sai”ana nahu”artinya memohon
kepada yang kuasa,agar anaknya nanti tidak lahir dengan cacat sebagai akibat
dari perbuatan bapaknya.
|
Dari kata “wari ro sai”Bertujuan:
1.Untuk memulai suatu pekerjaan sang ayah selalu ingat pada yang maha
pencipta dan keselamatan keluarganya.
2.Untuk tidak boleh sommbong,takabur dan lupa diri.
3.selalu melakukan pekerjaan dengan ulus hati,penuh keikhlasan demi
keuarga dan masyaraakat.
|
|
Senin, 24 April 2017
Tradisi, adat istiadat, budaya yang di lakukan di lingkungan sumbawa besar NTB yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu Anak (kehamilan, persalinan, nifas, bayi, balita, anak-anak, dan lain-lain, dalam hal perawatan kesehatan sehari-hari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar