BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses
penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia
dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses
penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses
reproduksi dalam kehidupannya. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung
telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan
progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
Berkurangnya fungsi
indung telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun.
Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak,
sehingga telur tidak dapat berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian
jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur
sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen) makin
lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya
berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang
berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun
peralihan.
Klimakterium atau usia mapan,
berlangsung dari saat Pramenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa
dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55
tahun. Pada usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pramenopause?
2. Bagaimana fisiologi
terjadinya Pramenopause?
3. Apa tanda dan
gejala Pramenopause?
4. Bagaimana diagnosa Pramenopause?
5. Apa kemungkinan
komplikasi dari Pramenopause?
6. Apa faktor-faktor
yang mempercepat datangnya Pramenopause?
7. Bagaimana
penanganan Pramenopause?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian Pramenopause
2. Untuk mengetahui
fisiologi terjadinya Pramenopause
3. Untuk mengetahui
tanda dan gejala Pramenopause
4. Untuk mengetahui
diagnosa Pramenopause
5. Untuk mengetahui
kemungkinan komplikasi dari Pramenopause
6. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempercepat datangnya Pramenopause
7. Untuk mengetahui
penanganan Pramenopause
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Pramenopause
Pramenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita
yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan
menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal
sexualitas. Pramenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun
ke atas. Menurut Depkes RI (1993) dan Levina (2002), Menopause adalah
perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormone dari otak
dan sel telur.
2.2. Fisiologi Pramenopause
Dengan adanya pramenopause dan mengerti gejala-gejala yang menyertai
periode ini, kualitas hidup wanita pramenopause dapat diperbaiki dengan baik.
Meskipun pramenopause mempunyai pengaruh medis, pramenopause sendiri belum
dapat dikenali secara keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya mengetahui
tentang menopause saja. Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala pada usia
40 tahunan dengan haid yang masih teratur, mereka sering salah
menginterpretasikan gejala-gejala tersebut. Perubahan pada kondisi ini dimulai
dengan meningkatnya populasi wanita usia 40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di
AS berumur antara 40-54 tahun dan dengan perubahan waktu jumlah ini akan
mencapai 19 juta orang.
Diagnosa dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala
pramenopause tidak hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama beberapa
tahun sebelum haidnya berhenti, tapi juga mereka akan kelihatan menjadi lebih
aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon selama masa menopause. Tidak seperti menopause yang secara
tepat didefinisikan sebagai 12 bulan sesudah haid berakhir, waktu untuk
pramenopause masih belum jelas. Sama halnya dengan terjadinya peningkatan
absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari estradiol didefinisikan sebagai
menopause, sedangkan pramenopause ditandai dengan fluktuasi dari hormon yang
didefinisikan sebagai “irregularly irregular”.
Menurut WHO: definisi pramenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1
tahun setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang
dikatakan Dr. Bachman dkk pada suatu seminar pramenopause, yaitu suatu fase
sebelum menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi
transisi dari siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk siklus yang tidak
teratur dan periode amenore yang berhubungan dengan perubahan hormonal.
Pramenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang wanita
yang mempunyai pengalaman atau waktu pramenopause yang sama. Tidak banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya pramenopause,
tetapi baik McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya ± 4 tahun dengan durasi
berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10 tahun. Perubahan dari
masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan dipengaruhi oleh umur dan
perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas dalam suatu penelitian
oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium. Tervilla menunjukkan
bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan dalam awal perkembangannya,
kemudian menurun secara tajam sesudah umur 35 tahun. Penurunan masa ovarium ini
menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun. Pengurangan folikel primer dari
ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari kehidupan fetus sampai periode
menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium wanita pramenopause menunjukkan
sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang pada folikel skunder atau
folikel Graff maupun korpus luteum (gambar 2). Penelitian siklus haid selama
pramenopause menunjukkan bahwa interval intermenstruasi kurang berarti sebelum
onset dari siklus haid dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari
pramenopause. Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam interval
intermenstruasi seorang wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan penyebab
dari proses ini. Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat pada
wanita pramenopause. Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya
folikel ovarium atau sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini dan
nilai kliniknya yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik.
Kadar LH yang bervariasi dan kurang bernilai dalam mendiagnosis pramenopause.
Kadar FSH dapat berguna dalam menilai fertilitias wanita pramenopause yang
ingin hamil. Kadar FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus haid yang dapat
memperkirakan fungsi dari ovarium dan cadangan folikel. Jika kadar FSH <20
mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi; jika kadarnya antara 20-30 mIU/ml
kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan kadar FSH 30 mIU/ml menunjukkan ovarium
mengalami menopause dan tidak mungkin terjadi hamil.
Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia
reproduktif ke masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita.
Menurut WHO definisi natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen
sesudah 12 bulan amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi lain.
Berhentinya haid sebagai akibat dari berkurangnya cadangan folikel ovarium dan
menurunnya fungsi dari ovarium itu sendiri yang mengakibatkan produksi estrogen
dan stimulasi lapisan endometrium berkurang. Dari analisis data secara
longitudinal menyatakan bahwa kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita
yang telah mengalami amenorea selama 12 bulan kurang dari 2%. Selama
pramenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur karena fluktuasi hormon yang
dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium. Sebagai contoh, pada wanita
yang mengalami pramenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun sehingga
kadar FSH meningkat tanpa perubahan berarti pada kadar inhibin A atau
estradiol. Kadar FSH dapat naik selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar
Pramenopause pada siklus berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi estradiol
juga dapat menurun atau kadang meningkat selama pramenopause. Bervariasinya
nilai hormonal ini menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari satu uji
laboratorium.
2.3.Tanda dan Gejala Pramenopause
2.3.1 Perubahan pola haid
Gejala yang paling umum pada wanita Pramenopause adalah perubahan dari pola
haid. Lebih dari 90% wanita Pramenopause akan mengalami perubahan dalam siklus
haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh,
wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30
tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh
memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan
menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi Pramenopause kejadian
oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase
luteal atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan
korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang
tidak teratur. Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya
perdarahan. Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal Pramenopause yang
disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa
wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid.
Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan perdarahan
yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu
berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal
selama Pramenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara
siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk
menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain
untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau
riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang
dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada
penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih
akurat mengenai pola perdarahan. Tanda awal dari Pramenopause adalah perubahan
pada pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau
berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33% dari seluruh
konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat
menjadi 69% pada wanita Pramenopause dan postmenopause. Penelitian klinik pada
wanita Pramenopause menunjukkan bahwa lebih kurang 90% wanita selama Pramenopause
mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12% dari wanita Pramenopause yang
mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan
organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat Pramenopause. Oleh karena
siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya
hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih
tinggi.
2.3.2 Ketidakstabilan vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala kedua pada wanita Pramenopause. Lebih
kurang 85% dari wanita Pramenopause mengalami hot flushes, keringat
malam dan gangguan tidur yang merupakan gejala dari ketidakstabilan vasomotor.
Intensitas, lamanya serta frekuensi dari gejala tersebut sangat bervariasi.
Kadang kala seorang wanita mengalami 40 kali hot flushes setiap
hari dan badan basah kuyub oleh keringat malam, beberapa yang lain mengalami
1-2 kali perhari dan merasa sangat susah dan terganggu.
Hot flushes selama Pramenopause, temperatur
jari-jari mengalami peningkatan kira-kira 3,1 ± 0,30C
dan peningkatan ini menetap untuk selama lebih kurang 44 menit. Mekanisme
terjadinya hot flushes ini belum diketahui secara lengkap.
Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi, imunoreaktif neurotensin,
katekolamin dan LH semuanya ditemukan selama hot flushes, penurunan estradiol
merupakan faktor yang lebih dipercaya. Hot flashes merupakan sensasi mendadak
terhadap rasa panas, berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada
muka,leher dan dada. Chill, clammines dan ansietas juga sering menyertai hot
flashes. Lamanya hot flashes umumnya 1-5 menit dan hanya 6% yang mengalami
>6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh wanita di Amerika Utara,
Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara periodik selama 1-5
tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25% wanita China yang
mengalami hot flashes.
2.3.3 Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada
masa Pramenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi
kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur diantaranya :
1. Susah untuk jatuh tidur
2. Terbangun tengah malam
dan sukar untuk kembali tidur
3. Bangun pagi lebih awal
dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan apakah gangguan tidur tersebut
skunder akibat hot flushes malam hari, berhubungan dengan
depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
1.Gangguan hipotalamus; hampir selalu
menyebabkan tidur yang terlambat.
2.Kebiasaan sehari-hari
seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga
menyebabkan gangguan tidur tengah malam.
3.Stimulan seperti
kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan
gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional.
4.Gangguan fisik seperti
nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
5. Nokturia yang
mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada Pramenopause adalah memanjangnya
keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benar-benar jatuh tertidur).
Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
2.3.4 Gangguan seksual
(Obstet Gynecol) Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen
menurun, frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini
cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya
lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini
harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya
pengaruh hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa
perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi Pramenopause.
1.
Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Vaginal dryness kadang-kadang dialami akibat
berkurangnya produksi estrogen selama Pramenopause. Keadaan ini dapat
menyebabkan atropi urogenital dan perubahan dalam kuantitas dan komposisi
sekresi vagina. Perkiraan
prevalensi vaginal
dryness diantara wanita Pramenopause lanjut antara 18-21%.
2.
Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk
melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun sebagian besar wanita tidak
menunjukkan perubahan dalam sexual interest selama
menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual
interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan
seksual tersebut mengatakan pramenopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi
yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot
flashes, inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
2.3.5 Sindroma
urogenital
Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital
dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai
reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami gangguan
begitu kadar estrogen serum mulai berkurang. Gangguan–gangguan tersebut dapat
berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan jaringan kolagen. Kekurangan
estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino ke dalam
sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan
perdarahan subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah
terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya
juga mengalami atropi. Pada uretra tampak otot yang menonjol keluar seperti
prolaps yang kadang-kadang disalahartikan sebagai “prolaps uretra”. Stenosis
uretra sering juga ditemukan. Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung
kemih dapat menimbulkan keluhan “Reizblase” (iritabel vesika) atau sindroma
uretra berupa polakisuria, disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih.
Di negara-negara barat pengaruh inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan
antara 26-55%. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan
trigonum menjadi atropi sehingga kontrol berkemih menjadi lemah.
2.3.6Gangguan
Psikologi/kognitif
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahan
mood, kurangnya konsentrasi dan pelupa juga ditemukan pada banyak wanita Pramenopause.
Banyak wanita menggambarkan gangguan ini sebagai “Pramenopause berat”. Seperti
diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25%
untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat, dimana
sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan
level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter
SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya
diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran.
Selama Pramenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat
mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat
dan mood. Penting sekali untuk membedakan perubahan mood
karena pengaruh hormon dengan kelainan depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat
depresi, terapi sulih hormon harus dipertimbangkan.
2.3.7 Gejala-gejala
somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama Pramenopause antara
lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesar dan nyeri.
Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-gejala
tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus
dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi farmakologi dan
nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak
ada pengobatan bagi wanita pada masa Pramenopause, sebab mereka masih
menghasilkan estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala
tersebut adalah hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah
cukup. Tetapi, jika dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda.
2.3.8 Fertilitas
Gambaran hormonal pada wanita Pramenopause bervariasi dengan luasnya secara
individual dan waktu. Pilihan terapi hormonal pada Pramenopause tergantung pada
keadaan hormonal pasien. Banyak penelitian mengatakan perlunya terapi kombinasi
dengan estrogen dan progestogen pada Pramenopause. Wanita pada masa ini akan
mengalami periode iregular dan interval amenorea, tetapi ovarium mereka tetap
menghasilkan estrogen. Sensitivitas hipotalamus menurun terhadap umpan balik
negatif estrogen ovarium karena penurunan yang progresif sejumlah folikel dan
menurunnya sekresi inhibin yang merupakan kontrol selektif untuk FSH.
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga
seorang wanita mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan
berikutnya dengan siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Limapuluh persen wanita berumur 40-an masih
berpotensi untuk subur dan kehamilan pada kelompok umur ini disertai dengan
mortalitas ibu yang meningkat, abortus spontan, kelainan fetus dan mortalitas perinatal.
Risiko kehamilan kira-kira 10% pada umur 40-44 tahun, 2-3% untuk umur 45-49
tahun dan risiko tidak menjadi nol untuk wanita lebih dari 50 tahun.
2.3.9 Osteoporosis
(Panduan menopause)
Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya massa tulang.
Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang mudah
patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang usia 50 tahun/lebih yang
ditandai dengan berkurangnya densitas tulang. Pada wanita proses penyusutan
tulang lebih besar dibandingkan pria, karena tulang wanita sangat dipengaruhi
oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar 3% pertahun dan akan berlangsung
terus hingga 5-10 tahun pasca menopause. Sepanjang hidup seorang wanita, total
jarinngan tulang yang menyusut sekitar 40-50%, sedangkan pada laki-laki hanya
20-30%. Selain digunakan sebagai pengobatan, estrogen juga dapat digunakan
sebagai pencegahan osteoporosis. Bagaimanapun pencegahan adalah lebih baik
daripada pengobatan, karena biaya pengobatan untuk osteoporosis cukup besar. Di
Amerika Serikat biaya perawatan patah tulang akibat osteoporosis pertahun
mencapai 20-30 triliyun rupiah. Untuk dapat mencegah terjadinya osteoporosis,
maka estrogen diberikan begitu seorang wanita memasuki usia menopause dan terus
berlanjut sampai 5-10 tahun pasca menopause.
2.3.10 Kelainan
kardiovaskular (Warren & Kulak)
Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada
wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker
payudara dan kanker endometrium. Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat
berumur 45 tahun atau lebih, pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat
menjadi 45%. Satu dari sembilan wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai
macam penyakit kardiovaskular dan setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1
banding 3. Kira-kira 40% penyakit koroner pada wanita berakibat fatal dan 67%
dari semua kematian mendadak yang terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat
penyakit jantung koroner. Mereka kehilangan daya tahan terhadap penyakit
jantung koroner akibat berkembangnya menopause, dan meningkatnya insiden
penyakit ini bukan karena perubahan gaya hidup atau faktor risiko tetapi karena
perubahan lipoprotein yang terjadi pada menopause.
Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk terjadinya
penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL risiko akan
menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko penting untuk
penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit jantung jika
kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah. Banyak bukti yang
mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari terapi pengganti estrogen adalah
pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause yang mempunyai kadar HDL
kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko 6 kali lipat untuk terjadi
penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita dengan kadar HDL kolesterol
lebih dari 67 mg/dL.
2.3.11 Perubahan Berat
Badan
Berdasarkan studi longitudinal, saat wanita memasuki transisi menopause ,
beberapa perubahan tubuh memengaruhideposit lemak, termasuk pembesaran
payudara, penebalan di sekitar pinggang, deposit lemak di tulang belakang atas
dan penggantian jaringan otot dengan jaringan lemak. Banyak penelitian
dilakukan dengan factor-faktor pertimbangan yang jarang diperhitungkan seperti
suku, berat badan dasar, penggunaan terapi sulih hormon, kebiasaan merokok dan
status sosioekonomi. Karena lebih sedikit energi yang diperlukan untuk
mempertahankan sel lemak daripada sel otot, asupan kalori harus dikurangi
10-15% dari usia 20-60 hanya untuk mempertahankan berat badan yang sama.
Rekomendasi untuk meningkatkan olahraga dan diet sehat yang meliputi
pengawasan asupan kalori dan lemak (jika merupakan masalah) harus dibuat untuk
wanita seiring pertambahan usia mereka. Olahraga mempunyai efek tambahan yaitu
peningkatan tonus otot, menguatkan tulang, menstimulasi metabolisme, dan
mengurangi beberapa perubahan alam perasaan.
Disamping tidak merokok, pemeliharaan berat badan ideal merupakan tindakan
kesehatan yang paling penting untuk menurunkan penyakit jantung koroner.
Pemeliharaan berat badan ideal juga membantu menurunkan kadar lipoprotein
densitas rendah (LDL) dan meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL).
Sebaliknya penting ditekankan, wanita dalam menjalani masa menopause dan
lansianya untuk menghindari kurus yang berlebihan karena kemungkinan terjadinya
peningkatan hot flash dan peningkatan risiko osteoporosis.
2.4 Diagnosa
1. Usia penderita 40-65
tahun
2. Tidak haid lebih dari
6 bulan
3. Keluhan klimakterik
(+)
4. FSH >20 IU/mL
5. Estradiol <50pg/mL
6. Sitologi vagina
7. Densitometer
8. USG transdermal
2.5 Kemungkinan Komplikasi
Meski tak ada yang
perlu dikhawatirkan, namun waspadalah bila ada hal-hal yang mencurigakan
sebagai berikut:
1. Menstruasi yang hebat,
sehingga Anda harus mengganti pembalut setiap jam.
2. Menstruasi panjang
yang berlangsung hingga lebih dari 8 hari.
3. Siklus menstruasi yang
terlalu pendek, seperti kurang dari 21 hari.
2.6. Faktor-Faktor yang Mempercepat Datangnya Pramenopause
1. Kebiasaan merokok
mempercepat pra-menopause 1 - 2 tahun
2. Faktor keturunan ;
bila dari pihak ibu mengalami masa pra-menopause < 45 tahun
3. Tidak pernah melahirkan
4. Pernah mendapatkan kemoterapi ketika masih anak-anak
5. Melakukan histerektomiatau operasi pengangkatan
kandungan (rahim, uterus)
6. Stres
2.7. Penanganan Pramenopause
Pramenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah,
tetapi ada beberapa gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa
dikurangi. Berikut ini adalah beberapa gejala tersebut:
1. Kita bisa mengonsumsi pil kontrasepsi (Progestin)
untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid. Progestin juga bisa dikonsumsi
untuk mengatur haid dan ablasi endometrium serta mengurangi perdarahan. Untuk
melakukan hal ini, kita harus berkonsultasi dengan dokter.
- Menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stres.
- Saat kadar estrogen menurun, maka elastisitas vagina berkurang dan mongering. Melakukan hubungan seks pun menjadi tidak nyaman, dan vagina mudah terluka dan iritasi. Untuk mengatasinya bukan berarti wanita sudah tidak dapat lagi berhubungan seks, justru melakukan hubungan seks dengan frekuensi yang cukup dapat menghilangkan ketidaknyamanan. Misalnya; menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue, pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
- Menerima keadaan peremenopause sebagai suatu rahmat dari Tuhan dan sebagai keadaan
yang harus disyukuri dan bukan keadaan yang tidak
disukai karena hal tersebut akan memperparah gejala-gejala negatif akibat Pramenopause
ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pramenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses
penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen
ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Tanda dan gejala Pramenopause
adalah gangguan pola haid, ketidakstabilan vasomotor, gangguan tidur, gangguan
seksual, sindroma urogenital, gangguan psikologi/kognitif,
gejala-gejala somatik, fertilitas, osteoporosis, dan kelainan kardiovaskular.
Pramenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa
gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi dengan
cara menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak,
tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya,
seperti tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari
konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat
dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stress,
mengkonsumsi pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan
gangguan haid, ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual dapat diatasi dengan
cara menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue,
pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
DAFTAR PUSTAKA
Kribs, Jan. Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta :
EGC. 2009
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC. 2006
http://www.mayoclinic.com/health/
menopause/DS00119/DSECTION. (Diakses tanggal 13 November 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar