Kamis, 09 Februari 2017

MAKALAH PRAMENOPOUSE



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
      Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses reproduksi dalam kehidupannya. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
Berkurangnya fungsi indung telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun peralihan.
Klimakterium atau usia mapan, berlangsung dari saat Pramenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. Pada usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pramenopause?
2. Bagaimana fisiologi terjadinya Pramenopause?
3. Apa tanda dan gejala Pramenopause?
4. Bagaimana diagnosa Pramenopause?
5. Apa kemungkinan komplikasi dari Pramenopause?
6. Apa faktor-faktor yang mempercepat datangnya Pramenopause?
7. Bagaimana penanganan Pramenopause?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pramenopause
2. Untuk mengetahui fisiologi terjadinya Pramenopause
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Pramenopause
4. Untuk mengetahui diagnosa Pramenopause
5. Untuk mengetahui kemungkinan komplikasi dari Pramenopause
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempercepat datangnya Pramenopause
7. Untuk mengetahui penanganan Pramenopause

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pramenopause
Pramenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Pramenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas. Menurut Depkes RI (1993) dan Levina (2002), Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormone dari otak dan sel telur.

2.2. Fisiologi  Pramenopause
Dengan adanya pramenopause dan mengerti gejala-gejala yang menyertai periode ini, kualitas hidup wanita pramenopause dapat diperbaiki dengan baik. Meskipun pramenopause mempunyai pengaruh medis, pramenopause sendiri belum dapat dikenali secara keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya mengetahui tentang menopause saja. Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala pada usia 40 tahunan dengan haid yang masih teratur, mereka sering salah menginterpretasikan gejala-gejala tersebut. Perubahan pada kondisi ini dimulai dengan meningkatnya populasi wanita usia 40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di AS berumur antara 40-54 tahun dan dengan perubahan waktu jumlah ini akan mencapai 19 juta orang.
Diagnosa dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala pramenopause tidak hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama beberapa tahun sebelum haidnya berhenti, tapi juga mereka akan kelihatan menjadi lebih aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon selama masa menopause. Tidak seperti menopause yang secara tepat didefinisikan sebagai 12 bulan sesudah haid berakhir, waktu untuk pramenopause masih belum jelas. Sama halnya dengan terjadinya peningkatan absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari estradiol didefinisikan sebagai menopause, sedangkan pramenopause ditandai dengan fluktuasi dari hormon yang didefinisikan sebagai “irregularly irregular”.
Menurut WHO: definisi pramenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang dikatakan Dr. Bachman dkk pada suatu seminar pramenopause, yaitu suatu fase sebelum menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi dari siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk siklus yang tidak teratur dan periode amenore yang berhubungan dengan perubahan hormonal.
Pramenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu pramenopause yang sama. Tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya pramenopause, tetapi baik McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya ± 4 tahun dengan durasi berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10 tahun. Perubahan dari masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan dipengaruhi oleh umur dan perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas dalam suatu penelitian oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium. Tervilla menunjukkan bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan dalam awal perkembangannya, kemudian menurun secara tajam sesudah umur 35 tahun. Penurunan masa ovarium ini menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun. Pengurangan folikel primer dari ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari kehidupan fetus sampai periode menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium wanita pramenopause menunjukkan sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang pada folikel skunder atau folikel Graff maupun korpus luteum (gambar 2). Penelitian siklus haid selama pramenopause menunjukkan bahwa interval intermenstruasi kurang berarti sebelum onset dari siklus haid dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari pramenopause. Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam interval intermenstruasi seorang wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan penyebab dari proses ini. Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat pada wanita pramenopause. Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya folikel ovarium atau sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini dan nilai kliniknya yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik. Kadar LH yang bervariasi dan kurang bernilai dalam mendiagnosis pramenopause. Kadar FSH dapat berguna dalam menilai fertilitias wanita pramenopause yang ingin hamil. Kadar FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari ovarium dan cadangan folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi; jika kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan kadar FSH 30 mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause dan tidak mungkin terjadi hamil.
Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia reproduktif  ke masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita. Menurut WHO definisi natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen sesudah 12 bulan amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi lain. Berhentinya haid sebagai akibat dari berkurangnya cadangan folikel ovarium dan menurunnya fungsi dari ovarium itu sendiri yang mengakibatkan produksi estrogen dan stimulasi lapisan endometrium berkurang. Dari analisis data secara longitudinal menyatakan bahwa kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita yang telah mengalami amenorea selama 12 bulan kurang dari 2%. Selama pramenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur karena fluktuasi hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium. Sebagai contoh, pada wanita yang mengalami pramenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun sehingga kadar FSH meningkat tanpa perubahan berarti  pada kadar inhibin A atau estradiol. Kadar FSH dapat naik selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar Pramenopause pada siklus berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi estradiol juga dapat menurun atau kadang meningkat selama pramenopause. Bervariasinya nilai hormonal ini menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari satu uji laboratorium.

2.3.Tanda dan Gejala Pramenopause
2.3.1 Perubahan pola haid
Gejala yang paling umum pada wanita Pramenopause adalah perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita Pramenopause akan mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi Pramenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan. Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal Pramenopause yang disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama Pramenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan. Tanda awal dari Pramenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita Pramenopause dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita Pramenopause menunjukkan bahwa lebih kurang 90% wanita selama Pramenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12% dari wanita Pramenopause yang mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat Pramenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi.

2.3.2 Ketidakstabilan vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala kedua pada wanita Pramenopause. Lebih kurang 85% dari wanita Pramenopause mengalami hot flushes, keringat malam dan gangguan tidur yang merupakan gejala dari ketidakstabilan vasomotor. Intensitas, lamanya serta frekuensi dari gejala tersebut sangat bervariasi. Kadang kala seorang wanita mengalami 40 kali hot flushes setiap hari dan badan basah kuyub oleh keringat malam, beberapa yang lain mengalami 1-2 kali perhari dan merasa sangat susah dan terganggu.
Hot flushes selama Pramenopause, temperatur jari-jari mengalami peningkatan kira-kira 3,1     ± 0,30C dan peningkatan ini menetap untuk selama lebih kurang 44 menit. Mekanisme terjadinya hot flushes ini belum diketahui secara lengkap. Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi, imunoreaktif neurotensin, katekolamin dan LH semuanya ditemukan selama hot flushes, penurunan estradiol merupakan faktor yang lebih dipercaya. Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka,leher dan dada. Chill, clammines dan ansietas juga sering menyertai hot flashes. Lamanya hot flashes umumnya 1-5 menit dan hanya 6% yang mengalami >6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh wanita di Amerika Utara, Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara periodik selama 1-5 tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25% wanita China yang mengalami hot flashes.

2.3.3 Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada masa Pramenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur diantaranya :
      1. Susah untuk jatuh tidur
2. Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur
3. Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius, mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan apakah gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam hari, berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
1.Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur yang terlambat.
2.Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam.
3.Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional.
4.Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
5. Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada Pramenopause adalah memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benar-benar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.

2.3.4 Gangguan seksual
(Obstet Gynecol) Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun, frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi Pramenopause.
1.      Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Vaginal dryness kadang-kadang dialami akibat berkurangnya produksi estrogen selama Pramenopause. Keadaan ini dapat menyebabkan atropi urogenital dan perubahan dalam kuantitas dan komposisi sekresi vagina. Perkiraan prevalensi           vaginal dryness diantara wanita Pramenopause lanjut antara 18-21%.
2.      Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan dalam   sexual interest selama menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan seksual tersebut mengatakan pramenopause sebagai alasan. Penurunan  ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes, inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.

2.3.5 Sindroma urogenital
Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami gangguan begitu kadar estrogen serum mulai berkurang. Gangguan–gangguan tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya juga mengalami atropi. Pada uretra tampak otot yang menonjol keluar seperti prolaps yang kadang-kadang disalahartikan sebagai “prolaps uretra”. Stenosis uretra sering juga ditemukan. Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung kemih dapat menimbulkan keluhan “Reizblase” (iritabel vesika) atau sindroma uretra berupa polakisuria, disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih.
Di negara-negara barat pengaruh inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan antara 26-55%. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan trigonum menjadi atropi sehingga kontrol berkemih menjadi lemah.

2.3.6Gangguan Psikologi/kognitif
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahan mood, kurangnya konsentrasi dan pelupa juga ditemukan pada banyak wanita Pramenopause. Banyak wanita menggambarkan gangguan ini sebagai “Pramenopause berat”. Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran.
Selama Pramenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat dan mood. Penting sekali untuk membedakan perubahan mood karena pengaruh hormon dengan kelainan depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat depresi, terapi sulih hormon harus dipertimbangkan.

2.3.7 Gejala-gejala somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama Pramenopause antara lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesar dan nyeri. Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi farmakologi dan nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi wanita pada masa Pramenopause, sebab mereka masih menghasilkan estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi, jika dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda.

2.3.8 Fertilitas
Gambaran hormonal pada wanita Pramenopause bervariasi dengan luasnya secara individual dan waktu. Pilihan terapi hormonal pada Pramenopause tergantung pada keadaan hormonal pasien. Banyak penelitian mengatakan perlunya terapi kombinasi dengan estrogen dan progestogen pada Pramenopause. Wanita pada masa ini akan mengalami periode iregular dan interval amenorea, tetapi ovarium mereka tetap menghasilkan estrogen. Sensitivitas hipotalamus menurun terhadap umpan balik negatif estrogen ovarium karena penurunan yang progresif sejumlah folikel dan menurunnya sekresi inhibin yang merupakan kontrol selektif untuk FSH.   
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga seorang wanita mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan berikutnya dengan siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Limapuluh persen wanita berumur 40-an masih berpotensi untuk subur dan kehamilan pada kelompok umur ini disertai dengan mortalitas ibu yang meningkat, abortus spontan, kelainan fetus dan mortalitas perinatal. Risiko kehamilan kira-kira 10% pada umur 40-44 tahun, 2-3% untuk umur 45-49 tahun dan risiko tidak menjadi nol untuk wanita lebih dari 50 tahun.

2.3.9 Osteoporosis (Panduan menopause)
Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya massa tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang mudah patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang usia 50 tahun/lebih yang ditandai dengan berkurangnya densitas tulang. Pada wanita proses penyusutan tulang lebih besar dibandingkan pria, karena tulang wanita sangat dipengaruhi oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar 3% pertahun dan akan berlangsung terus hingga 5-10 tahun pasca menopause. Sepanjang hidup seorang wanita, total jarinngan tulang yang menyusut sekitar 40-50%, sedangkan pada laki-laki hanya 20-30%. Selain digunakan sebagai pengobatan, estrogen juga dapat digunakan sebagai pencegahan osteoporosis. Bagaimanapun pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan, karena biaya pengobatan untuk osteoporosis cukup besar. Di Amerika Serikat biaya perawatan patah tulang akibat osteoporosis pertahun mencapai 20-30 triliyun rupiah. Untuk dapat mencegah terjadinya osteoporosis, maka estrogen diberikan begitu seorang wanita memasuki usia menopause dan terus berlanjut sampai 5-10 tahun pasca menopause.

2.3.10 Kelainan kardiovaskular (Warren & Kulak)
Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker payudara dan kanker endometrium. Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau lebih, pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu dari sembilan wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit kardiovaskular dan setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kira-kira 40% penyakit koroner pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua kematian mendadak yang terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner. Mereka kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat berkembangnya menopause, dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena perubahan gaya hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang terjadi pada menopause.
Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk terjadinya penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL risiko akan menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit jantung jika kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah. Banyak bukti yang mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari terapi pengganti estrogen adalah pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause yang mempunyai kadar HDL kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko 6 kali lipat untuk terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita dengan kadar HDL kolesterol lebih dari 67 mg/dL.

2.3.11 Perubahan Berat Badan
Berdasarkan studi longitudinal, saat wanita memasuki transisi menopause , beberapa perubahan tubuh memengaruhideposit lemak, termasuk pembesaran payudara, penebalan di sekitar pinggang, deposit lemak di tulang belakang atas dan penggantian jaringan otot dengan jaringan lemak. Banyak penelitian dilakukan dengan factor-faktor pertimbangan yang jarang diperhitungkan seperti suku, berat badan dasar, penggunaan terapi sulih hormon, kebiasaan merokok dan status sosioekonomi. Karena lebih sedikit energi yang diperlukan untuk mempertahankan sel lemak daripada sel otot, asupan kalori harus dikurangi 10-15% dari usia 20-60 hanya untuk mempertahankan berat badan yang sama.
Rekomendasi untuk meningkatkan olahraga dan diet sehat yang meliputi pengawasan asupan kalori dan lemak (jika merupakan masalah) harus dibuat untuk wanita seiring pertambahan usia mereka. Olahraga mempunyai efek tambahan yaitu peningkatan tonus otot, menguatkan tulang, menstimulasi metabolisme, dan mengurangi beberapa perubahan alam perasaan.
Disamping tidak merokok, pemeliharaan berat badan ideal merupakan tindakan kesehatan yang paling penting untuk menurunkan penyakit jantung koroner. Pemeliharaan berat badan ideal juga membantu menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Sebaliknya penting ditekankan, wanita dalam menjalani masa menopause dan lansianya untuk menghindari kurus yang berlebihan karena kemungkinan terjadinya peningkatan hot flash dan peningkatan risiko osteoporosis.

2.4  Diagnosa
1. Usia penderita 40-65 tahun
2. Tidak haid lebih dari 6 bulan
3. Keluhan klimakterik (+)
4. FSH >20 IU/mL
5. Estradiol <50pg/mL
6. Sitologi vagina
7. Densitometer
8. USG transdermal

2.5  Kemungkinan Komplikasi
Meski tak ada yang perlu dikhawatirkan, namun waspadalah bila ada hal-hal yang mencurigakan sebagai berikut:
1. Menstruasi yang hebat, sehingga Anda harus mengganti pembalut setiap jam.
2.  Menstruasi panjang yang berlangsung hingga lebih dari 8 hari.
3.  Siklus menstruasi yang terlalu pendek, seperti kurang dari 21 hari.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempercepat Datangnya Pramenopause
1. Kebiasaan merokok mempercepat pra-menopause 1 - 2 tahun 
2. Faktor keturunan ; bila dari pihak ibu mengalami masa pra-menopause < 45 tahun
3. Tidak pernah melahirkan
4. Pernah mendapatkan kemoterapi ketika masih anak-anak
5. Melakukan histerektomiatau operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus)
6. Stres

2.7. Penanganan Pramenopause
Pramenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi. Berikut ini adalah beberapa gejala tersebut:
1.       Kita bisa mengonsumsi pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid. Progestin juga bisa dikonsumsi untuk mengatur haid dan ablasi endometrium serta mengurangi perdarahan. Untuk melakukan hal ini, kita harus berkonsultasi dengan dokter.
  1. Menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stres.
  2. Saat kadar estrogen menurun, maka elastisitas vagina berkurang dan mongering. Melakukan hubungan seks pun menjadi tidak  nyaman, dan vagina mudah terluka dan iritasi. Untuk mengatasinya bukan berarti wanita sudah tidak dapat lagi berhubungan seks, justru melakukan hubungan seks dengan frekuensi yang cukup dapat menghilangkan ketidaknyamanan. Misalnya; menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue, pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
  3. Menerima keadaan peremenopause sebagai suatu rahmat dari Tuhan dan sebagai keadaan
yang harus disyukuri dan bukan keadaan yang tidak disukai karena hal tersebut akan memperparah gejala-gejala negatif akibat Pramenopause ini.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

            Pramenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Tanda dan gejala Pramenopause adalah gangguan pola haid, ketidakstabilan vasomotor, gangguan tidur, gangguan seksual, sindroma urogenital, gangguan psikologi/kognitif, gejala-gejala somatik, fertilitas, osteoporosis, dan kelainan kardiovaskular.
            Pramenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi dengan cara  menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stress, mengkonsumsi pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid, ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual dapat diatasi dengan cara  menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue, pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.







DAFTAR PUSTAKA

       Kribs, Jan. Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC. 2009

       Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006

http://www.mayoclinic.com/health/ menopause/DS00119/DSECTION. (Diakses tanggal 13 November 2016)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar