A. ORGANOGENESIS
JANTUNG.
Organogenesis yaitu
proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia).
Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula. Contohnya yaitu Lapisan Ektoderm yang akan berdiferensiasi
menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat
indera kemudian Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka
(tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan
alat ekskresi seperti ren dan Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi
alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Organogenesis jantung terjadi pada beberapa fase :
· Pembentukan
tabung jantung dan mulai meluas dengan menerima aliran darah vena dari katup
kaudalnya dan mulai memompakan darah keluar dari lengkung aorta pertama menuju
ke aorta dorsalis
· Pembentukan
3 lapisan jantung, yaitu endokardium, miokardium, dan epikardium atau
pericardium visceral
· Pemanjangan
dan pembengkokkan bentuk jantung (hari ke-23 sampai 28)
· Perkembangan
sinus venosus (pertengahan minggu ke-4)
· Pembentukan
sekat-sekat jantung (antara hari ke 27- 37)
· Pembentukan
sekat di dalam atrium komunis dan kanalis atrioventrikularis (akhir minggu ke4)
· Diferensiasi
atrium selanjutnya
· Pembentukkan
katup-katup atrioventrikuler yang dibantu dengan adanya muskuli papillares dan
korda tendinea
· Pembentukan
sekat pada trunkus arteriosus dank onus kordis (minggu ke-5)
· Pembentukkan
sekat di dalam ventrikel (menjelang akhir minggu ke-4)
· Pembentukkan
katup semilunaris
· Pembentukkan
system konduksi jantung
Pembentukan sekat dalam jantung, sebagian disebabkan oleh
perkembangan dari jaringan bantalan endokardium dalam kanalis
atrioventrikularis ( bantalan atrioventrikularis ) dan dalam regio konotrunkal
( pembengkakan konotrunkal ). Karena lokasi utama dari jaringan bantalan,
banyak malformasi jantung yang berhubungan dengan morfogesis bantalan yang abnormal.
Pembentukan sekat di atrium.
Pembentukan sekat di atrium.
Septum primum, suatu Krista berbentun bulan sabit yang turun
dari atap atrium, mulai membagi atrium menjadi dua, tetapi meninggalkan sebuah
lubang ostium primum untuk menghubungakan kedua bagian atrium tersebut. Kemudian,
ketika ostium primum mengalami obliterasi karena bersatunya septum primum
dengan bantalan endokardium, ostium sukundum terbentuk oleh karena sel-sel mati
dan membentuk sebuah lubang di septum primum.
Akhirnya,
terbentuklah septum sekundum, tetapi lubang antar kedua atrium, foramen ovale,
tetap ada. Baru pada saat lahir, ketika tekanan atrium di kiri meningkat, kedua
sekat tersebut tertekan sehingga saling melekat dan hubungan diantara keduanya
tertutup. Kelainan sekat atrium dapat berkisar dari sama sekali tidak ada sekat
hingga terdapat lubang kecil yang dikenal sebagai foramen ovale paten.
Pembentukan
sekat dalam kanalis atrioventrikularis. Empat bantalan endokardium mengelilingi
kanalis atrioventrikularis. Menyatunya bantalan atas dan bawah yang saling
berhadapan, menutup lubang dari kanalis atrioventrikularis kiri dan kanan.
Jaringan bantalan tersebut kemudian menjadi fibrosa dan membentuk katup mitral
(bicuspid) di sebelah kiri dan katup tricuspid di sebelah kanan. Menetapnya
kanalis atioventrikularis komunis dan pembagian saluran yang abnormal merupakan
cacat yang siring ditemukan.
Pembentukan sekat di ventrikel Septum interventrikularis
terbentuk dari pars muskularis yang tebal dan pars membranasea yang tipis yang
dibentuk dari bantalan atrioventrikularis endokardium inverior, tonjolan konus
kanan dan tonjolan konus kiri. Pada banyak kasus, ketiga komponen ini gagal
bersatu sehingga mengakibatkan foramen interventrikularis terbuka. Walaupun
kelainan ini berdiri sendiri, biasanya disertai dengan cacat kompensasi
lainnya.
Pembentukkan sekat dalam bulbus. Bulbus terbagi menjadi trunkus (aorta dan trunkus pulmonalis), konus (saluran keluar aorta dan trunkus pulmonalis), dan bagian ventrikel kanan yang bertrabekula. Daerah trunkus dibagi oleh septum aortiko pulmonalis yang berbentuk spiral menjadi dua arteri utama. Rigi-rigi konus membagi saluran keluar dari pembuluh aorta dan pulmonalis serta menutup foramen interventrikularis.
Pembentukkan sekat dalam bulbus. Bulbus terbagi menjadi trunkus (aorta dan trunkus pulmonalis), konus (saluran keluar aorta dan trunkus pulmonalis), dan bagian ventrikel kanan yang bertrabekula. Daerah trunkus dibagi oleh septum aortiko pulmonalis yang berbentuk spiral menjadi dua arteri utama. Rigi-rigi konus membagi saluran keluar dari pembuluh aorta dan pulmonalis serta menutup foramen interventrikularis.
B. LOKASI
DAN STRUKTUR JANTUNG.
Lokasi Jantung
Jantung terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah
antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang
punggung) di sebelah posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan
dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung
terletak di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas
diafragma, miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam
rongga thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis
medio-clavicular kiri.Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,
arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).
Pada dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9
cm, dengan berat 300 sakpai 400 gram (Setiadi, 2007: 164).
Struktur Jantung
Jantung manusia tersusun atas tiga lapisan yaitu
endokardium yang berbentuk selaput, miokardium yaitu lapisan yang tersusun dari
otot-otot jantung, dan perikardium yaitu lapisan yang berbentuk selaput yang
terbuat dari jaringan ikat longgar
Jika jantung dibelah maka akan tampak bagian dallamnya, bagian dalam
jantung terbagi atas rongga-rongga. Rongga yang dimiliki jantung terdiri atas
empat rongga. empat rongga ini dibagi atas dua kelompok yaitu atrium/serambi
dan ventrikel/bilik, yang masing-masing terbagi menjadi kiri dan kanan.
selain terbagi dalam rongga-rongga, aspek lain yang perlu diketahui bahwa
pada jantung memiliki struktur yang menyebabkan darah tidak bisa kembali ke
tempat sebelumnya sehingga akan menyebabkan darah hanya mampu beredar dalam
satu arah saja/tidak bolak-balik. Struktur yang memegang peranan ini adalah
klep jantung yang berada di antara atrium dan ventrikel.
Di antara atrium kiri dan serambi kiri terdapat dua buah klep, sedangkan di
antara atrium kanan dan serambi kanan memiliki tiga klep. Pemberian nama klep
jantung didasarkan pada jumlah klep tersebut. jika jumlahnya dua maka digunakan
bi, jika digunakan tiga maka digunakan kata tri. klep/katup dalam bahasa latin
disebut valvula, tinggal ditambahkan dengan akhiran pidalis. Jadi untuk lep
yang berjumlah dua disebut valvula bikuspidalis, sedangkan yang tiga klep
disebut dengan valvula trikuspidalis.Selain dua klep tersebut masih ada lagi
klep yang disebut valvula semilunaris yang berbentuk bulang sabit yang
berfungsi agar darah tidak kembali ke jantung.kuat terletak pada bagian jantung
bilik kiri.ventrikel kiri/sinister ventrikel. Hal ini disebabkan karena pada
bagian jantung ini digunakan untuk memompa darah untuk diedarkan ke seluruh
tubuh.
kondisi bilik kiri jantung mengalami pengembangan terbesar disebut dengan
keadaan sistole. Pda kondisi ini kecepatan aliran darah yang tertinggi.
Sedangkan pada waktu bilik kiri mengempis maksimum disebut dengan diastole.
orang dewasa normal memiliki perbandingan sistole/diastole adalah 120/80.
Jantung bisa mengembang dan mengempis karena karakter dari otot jantung.
C. VASKULARISASI DAN SISTEM KONDUKSI JANTUNG.
Vaskularisasi Jantung
Vaskularisasi
jantung merupakan dimana jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria
dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas
valva aorta. Arteria coronaria dan cabang-cabang utamanya terdapat di permukaan
jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
Sistem Konduksi Jantung
Jantung mempunyai system syaraf tersendiri yang menyebabkan
terjadinya kontraksi otot jantung yang disebut system konduksi jantung. Syaraf
pusat melalui system syaraf autonom hanya mempengaruhi irama kontraksi jantung.
Syaraf simpatis memacu terjadinya kontraksi sedangkan syaraf parasimpatis
menghamabt kontraksi.
Impuls untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari SA node
(nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan. SA node meneruskan
impulsnya ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal. Ada tiga
traktus internodal yaitu wenkebach, bachman dan tohrel.
Impuls dari AV node diteruskan ke berkas his kemudian ke serabut purkinye kiri dan kanan, selanjutnya menyebar ke seluruh dinding ventrikel.
Sistem konduksi jantung meliputi:
1.
SA node:
Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam dinding atrium kanan
di ujung Krista terminalis.
2.
AV node:
Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium dekat muara sinus
koronari.
3.
Bundle
atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi posterior dan
tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4.
Serabut
penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada endokardium menyebar
pada kedua ventrikel.
Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus untuk (1) mencetuskan impuls-impuls
listrik ritmis yang menyebabkan kontraksi ritmis otot jantung, dan (2)
menghantarkan impuls. Didalam atrium ada nodus sinus. Nodus Sinus (nodus
sinoatrial atau sinus SA) merupakan bagian otot jantung yang khusus, kecil,
tipis dan berbentuk elips, lebar ± 3mm, panjang 15mm, dan tebal 1mm. Nodus ini
terletak di dalam dinding postero-lateral superior dari atrium kanan tepat
dibawah dan sedikit lateral dari lubang vena cava superior. Serabut-serabut
nodus ini hampir tidak memiliki filamen otot kontraktil dan hanya berdiameter
3-5 mikrometer. Namun serabut nodus sinus secara langsung berhubungan serabut
otot atrium, sehingga setiap potensial aksi yang dimulai di nodus SA akan
segera menyebar ke dinding otot atrium. Nodus atrioventrikular (Nodus AV) terletak
pada dinding posterior atrium kanan, tepat dibelakang katup trikuspid. (Guyton,
2008)
Eksitasi jantung normal berasal dari nodus sinus yang berfungsi sebagai
pace maker tempat impuls ritmis yang normal dicetuskan; jalur internodus yang
menghantarkan impuls dari nodus sinus menuju ke nodus AV; Nodus AV, tempat
impuls dari atrium mengalami perlambatan sebelum masuk ke ventrikel; berkas AV,
yang menghantarkan impuls dari atrium ke ventrikel, kedua cabangnya (tawara)
atau (cabang-cabang berkas serabut Purkinje kiri dan kanan). eksitasi yang
mencapai serabut purkinje akan diteruskan ke miokardium ventrikel. Di dalam
miokardium, eksitasi menyebar dari endokardium ke epikardium dan dari apeks ke
basal. (Guyton, 2008; Silbernagle, 2007)
Dalam eksitasi nodus SA terdapat penundaan waktu ke nodus AV dan sistem
berkas AV sekitar 0,16 detik, sebelum akhirnya sinyal eksitasi menyebabkan
kontraksi otot ventrikel. Hal ini (penundaan) terjadi karena hilangnya sejumlah
gap junction diantara se-sel yang saling berderet dalam jalur konduksi sehingga
terdapat resistensi terhadap konduksi ion-ion yang tereksitasi dari satu
serabur ke serabut lainnya. Sistem konduksi ini diatur sedemikian rupa untuk
memberi waktu yang cukup bagi atrium untuk mengosongkan darah kedalam ventrikel
sebelum kontraksi ventrikel dimulai. (Guyton, 2008)
D. OTOT
JANTUNG,SIKLUS DAN PENGATURAN POMPA JANTUNG.
Otot
Jantung.
Jika didasarkan pada kalkulasi jumlah,
maka otot yang
paling sedikit dijumpai di dalam tubuh manusia maupun hewan adalah otot
jantung. Mengapa? Sebab otot yang satu ini, sama
seperti namanya, hanya berada di wilayah jantung saja. Otot jantung disebut
juga dengan nama otot myocardium. Otot jantung ini sebenarnya masih
“berkerabat” dengan otot lurik namun ia merupakan jenis otot lurik tidak sadar
dan hanya ada di wilayah organ jantung. Otot jantung ini diliputi oleh sel-sel
yang dinamakan cardiomycocyte atau yang dikenal juga dengan nama sel otot
myocardiocyteal yang bisa berjumlah satu sampai dua. Dan lama
kondisi yang jarang, sel tersebut bisa berjumlah tiga dan empat.
Otot jantung melakukan kerja secara terus menerus dengan fungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Suara otot yang sedang memompa tersebut bisa
didengarkan secara sayup berupa degupan. Otot ini bekerja di luar
pengaruh saraf pusat atau perintah otak. Ia dipengaruhi oleh interaksi dia
sayaraf yakni simpatetik mapun parasimpatetik yang berperan memperlambat maupun
mempercepat denyutan jantung. Meski demikian, pengaruh tersebut tidak sama
sekali berada di bawah alam sadar atau kontrol manusia. Otot ini bekerja
umumnya secara lambat namun tidak mudah lelah. Otot jantung harus bekerja
secara terus menerus seba jika tidak tentu makhluk hidup akan mengalami
kematian.
Otot jantung cenderung pendek dengan diameter yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan otot
lurik atau rangka. Ia memiliki cabang seperti bentuk huruf Y. Serabut pada otot
jantung ini memiliki panjang antara 50 sampai 100 um dengan diameter yang
berkisar di antara 14 um. Sel serabut otot berupa sarkolema. Serabut ini
terdiri atas myofibril-myofibril yang tampak berdampingan. Serabut ini memiliki
kurang lebih 1500 filamen.
Energi yang dibutuhkan oleh otot
jantung agar bisa bekerja dan
berkontraksi dengan baik adalah ATP. Senyawa ini berada pada bagian kepala
jembatan penyebrangan jantung. Sebelum dipakai, ia dipecah menjadi ADP juga P Inorganic. Zat ADP yang telah dipakai tersebut akan
mengalapo proses reposporilasi untuk kemudian membentuk suatu ATP yang baru.
Adapun sumber energi untuk membuat kembali ATP baru adalah creatini phospat. Ia
akan dipecah dan proses pelepasan energi tersebut akan membuat ion phosphate terikat pada bagian ADP sehingga hasil akhirnya
akan terbentuk ATP. Sumber energi otot jantung lainnya adalah senyawa glikogen
yang telah disimpan di dalam otot. Glikogen tersebut akan dipecah dengan
menggunakan enzim dan akan berujung pada berubahnya ADP menjadi ATP. Sumber
lainnya adalah energi yang dihasilkan dari proses metabolisme dalam tubuh yang
bersifat oksidatif dan berupa kombinasi bahan makanan juga o2 yang akan
membebaskan ATP.
Kontraksi dan pergerakan yang terjadi
terus menerus pada otot jantung bertujuan untuk memompa darah sehingga
mencapai seluruh tubuh. Kontraksi tersebut dikoordinasi mulai dari sel otot
jantung hingga ke bagian serambi juga bilik kemudian ke pembuluh darah baik itu
dari kiri maupun bagian kanan paru-paru. Sel pada otot jantung sangat
bergantung pada suplai darah dalam jumlah yang cukup agar oksigen juga nutrisi
bisa tersebar dengan baik ke seluruh tubuh manusia atau hewan.
Siklus
Jantung
Siklus jantung berawal dari permulaan
sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Siklus
jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastole,yaitu periode
pengisian jantung dengan darah,yang diikuti oleh suatu periode kontraksi yang
disebut sistol.
Pengaturan
Pompa Jantung
Pengaturan pompa jantung terbagi menjadi 2 :
1.
Pengaturan
instrinsik.
2.
Pengaturan
system saraf otonom.
1.
Pengaturan
pompa jantung secara instrinsik.
Jumlah
darah yang dipompa jantung :
Ø Kecepatan aliran darah ke jantung.
Ø Darah yang berasal dari vena.
Ø Jumlah darah yang dating dari jaringan.
Ø Kemampuan instrinsik ini disebut : Mekanisme Frank Starling.
2.
Pengaturan
pompa jantung secara system saraf otonom.
Saraf simpatis meningkatkan :
Ø Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung.
Ø Volume darah yang di pompa dan tekanan ejeksi.
Saraf parasimpatis :
Ø Rangsang kuat menghentikan jantung.
Ø Menurunkan Frekuensi jantung.
E.
PERANGSANG RITMIK PADA JANTUNG EKG NORMAL.
Elektrokardiogram (EKG atau ECG)
adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial
atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung. Penggunaan EKG dipelopori
oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer
senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat
perbedaan kecil dari tegangan (milivolt) pada jantung.
Beberapa tujuan dari
penggunaan EKG dapat kegunaan :
1. Untuk mengetahui
adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan
otot jantung
3. Pengaruh/efek
obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan
elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan
adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi
pacu jantung.
Pada EKG terlihat bentuk gelombang
khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan
pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini
direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan voltase vertikal.
Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1. Gelombang P
1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi
atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus.
Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus
terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal
berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran
atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah
bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang
P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan
inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
2. Interval PR
Diukur dari
permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup
juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV.
Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang
abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung
tingkat pertama.
3. Kompleks QRS
Menggambarkan
depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot
yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat,
normalnya lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan
penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang
(bundle branch block) akan melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung
abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar dan mengubah
bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls
melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo
kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi
selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan
menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada
4. Segmen ST
Interval ini
terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan
ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST
dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan
dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.
5. Gelombang T
Repolarisasi
ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T ini
agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi
gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan
kadar kalium serum) akan mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.
Gambar 3. Variasi
Kompleks QRS
6. Interval QT
Interval ini diukur dari awal
kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi
ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan
bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat - obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol
(betapace) dan amiodaron (cordarone).
F.
DISTENSIBILITAS VASKULER ,FUNGSI VENA DAN ARTERI.
Distensibilitas Vaskuler
Karakteristik sistem vaskular yang
penting adalah bahwa semua pembuluh darah bersifat distensibilitas (mudah
meregang). Ketika tekanan pembuluh darah meningkat, hal tersebut akan membuat pembuluh darah
berdilatasi dan karena itu akan menurunkan tahanannya, akibatnya adalah
peningkatan aliran darah tidak hanya terjadi karena peningkatan tekanan tetapi
juga akibat penurunan tajamannya, yang biasanya menimbulkan peningkatan aliran
darah paling sedikit duakali lebih banyak untuk setiap peningkatan tekanan
seperti yang diharapkan.
Fungsi Vena Dan Arteri
1. Pembuluh Darah Arteri ( Pembuluh Nadi )
. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju jantung.
Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida.
Pada negara berkembang,
dua kejadian kematian utama disebabkan oleh infark miokardium dan stroke pada
sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya
menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung
mengembang dan darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung berkontraksi
dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat dikur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.
2. Pembuluh Darah Vena ( Pembuluh Balik )
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang
membawa darah menuju jantung. Darahnya
banyak mengandung karbon dioksida.
Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding
pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh
vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah
tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap
mengalir menuju jantung. Jika vena
terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari
seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh
darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung
melalui serambi kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah
mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini membawa
darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak
mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis.
Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises.
G. MIKROSIRKULASI
DAN SISTEM LIMFATIK.
Mikrosirkulasi
Mikrosirkulasi
adalah sirkulasi darah yang melewati pembuluh darah terkecil.
Dalam mikrosirkulasi, yang paling penting adalah kapiler dimana
kapiler adalah tempat yang paling ideal untuk terjadinya pertukaran. Di dinding
kapiler tidak terdapat sistem transpor
yang diperantari oleh pembawa, kecuali kapiler di otak yang berperan
dalam sawar darah-otak. Bahan-bahan dipertukarkan menembus dinding kapiler
terutama dengan difusi.
Sistem
Limfatik
Sistem limfatik
adalah komponen tambahan system sirkulasi.Sistem ini terdiri dari organ-organ
yang memproduksi dan menyimpan limfosit;suatu cairan yang bersirkulasi;yang
merupakan cairan jaringan;dan pembuluh-pembuluh limfatik yang mengembalikan
limfe ke sirkulasi.
H. PENGATURAN ALIRAN DARAH OLEH JANTUNG, DAN PENGATURAN HUMORAL.
Pengaturan Aliran
Darah Oleh Jantung
Fungsi umum Jantung
adalah untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Berdasarkan system
sirkulasi, jantung memompakan darah melalui 2 sistem sirkulasi, yaitu :
1.
Sirkulasi Pulmonar
Melalui peran ventrikel kanan, darah
dengan kadar O2 rendah disampaikan melalui artery Pulmonar ke
paru-paru, kemudian terjadi pertukaran gas, sehingga darah yang keluar dari
paru-paru kaya akan O2. Darah yang kaya akan O2 ini
akan dihantarkan kembali ke paru-paru melalui vena pulmonary.
2.
Sirkulasi Peripheral atau Sistemik
Darah kaya O2 yang
berasal dari ventrikel kiri, melalui aorta akan dihantarkan ke seluruh tubuh.
Di jaringan perifer, O2 akan digunakan dan bertukar dengan CO2.Kemudian
darah dengan kadar O2 rendah kembali ke jantung melalui vena
cava.
Mekanisme special pada
jantung mengakibatkan jatung dapat berkontraksi secara konstan. Melalui
penghantaran aksi potensial melalui otot jantung , jantung dapat berdetak
secara konstan dan ritmis.
Fungsi arteri adalah untuk
mentransport darah ke jaringan di bawah tekanan yang tinggi. Arteri mempunyai
dinding pembuluh darah yang kuat, dan darah mengalir dengan kecepatan yg tinggi
di arteri.
Arteriol merupakan cabang-cabang
kecil yang terakhir dari sistem arteri dan berfungsi sebagai saluran kendali
untuk menentukan darah yang akan dilepaskan ke kapiler. Dinding otot arteriol
yang kuat sehingga dapat menutup arteriol secara total atau dengan berelaksasi
dapat mendilatasi arteriol hingga beberapa kali lipat sehingga mempunyai
kemampuan untuk sangat mengubah aliran darah di dasar setiap jaringan sebagai
respon terhadap kebutuhan jaringan.
Kapiler darah berfungsi sebagai
pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon dan bahan-bahan lainnya
antara darah dan cairan intertisial.
Venula mengumpulkan darah dari
kapiler dan secara bertahap bergabung menjadi vena yang semakin besar.
Vena merupakan saluran yang
berfungsi untuk mengangkut darah dari venula menuju jantung. Vena ini menjadi
penampung paling banyak dibanding arteri. Tekanan di sistem vena sangat rendah,
dinding vena sangat tipis. Meskipun demikian, dindingnya mempunyai otot yang
mampu untuk dapat berkontraksi atau melebar dan dengan demikian dapat berperan
sebagai penampung darah ekstra dan dapat dikendalikan, baik dalam jumlah kecil
atau besar, bergantung pada kebutuhan sirkulasi.
Volume darah di berbagi bagian
sirkulasi memiliki perbedaan penampungan sejumlah darah total. 84 persen dari
seluruh volume darah total terdapat di sirkulasi sistemik, 16 persen di dalam
jantung (7 persen) dan paru-paru (9 persen). Dari ke 84 persen tersebut 64
persennya di vena, sedangkan 13 persen di arteri, dan 7 persen di arteriol
sistemik dan kapiler jantung.
Pengaturan
Humoral
Pengaturan sirkulasi secara humoral
berarti pengaturan oleh zat-zat yang disekresi atau yang diabsorbsi ke dalam
cairan tubuh ; seperti hormon dan ion. Beberapa zat ini dibentuk oleh kelenjar
khusus dan dibawa di dalam darah ke seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di
daerah jaringan setempat dan hanya menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat.
Faktor-faktor humoral terpenting yang mempengaruhi fungsi sirkulasi diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Zat Vasokonstriktor
Norepinefrin terutama adalah hormon
vasokonstriktor yang amat kuat, epinefrin tidak begitu kuat dan dibeberapa
jaringan, bahkan menyebabkan vasodilatasi ringan. (Contoh khusus vasodilatasi
akibat epinefrin dijumpai pada jantung untuk mendilatasikan arteri kororner
selama peningkatan aktivitas jantung).
Ketika sistem saraf
simpatis dirangsang di sebagian besar atau diseluruh bagian tubuh selama
terjadi stress atau olahraga, ujung saraf simpatis pada masing-masing jaringan
akan melepaskan norepinefrin yang merangsang jantung dan mengkonstriksi vena
serta arteriol. Selain itu, saraf simpatis untuk medula adrenal juga
menyebabkan kelenjar ini menyekresi norepinefrin dan epinefrin kedalam darah.
Hormon-hormon ini kemudian bersirkulasi ke seluruh area tubuh dan menyebabkan
efek perangsangan yang hampir sama dengan perangsangan simpatis langsung
terhadap sirkulasi, sehingga tersedia dua sistem pengaturan, yaitu perangsangan
saraf secara langsung dan efek tidak langsung dari norepinefrin dan/ atau
epinefrin di dalam darah yang bersirkulasi.
2. Pengaturan Aliran Darah Koroner
a) Metabolisme Otot Lokal Sebagai Pengatur
Utama Aliran Koroner
Aliran darah yang melalui sistem
koroner diatur hampir seluruhnya oleh vasodilasiarteriol setempat sebagai
respons terhadap kebutuhan nutrisi otot jantung. Dengan demikian, bila mana
kekuatan kontraksi jantung meningkat, apapun penyebabnya, kecepatan aliran
darah koroner juga akan meningkat. Sebaliknya, penurunan aktivitas jantung
disertai dengan penurunan aliran koroner. Pengaturan lokal aliran darah koroner
ini hampir identik dengan yang terjadi yang terjadi di banyak jaringan tubuh
lainnya, terutama otot rangka diseluruh tubuh.
b) Kebutuhan Oksigen Sebagai Faktor Utama dalam
Pengaturan Lokal Aliran Darah Koroner
Aliran darah di sistem koroner
biasanya diatur hampir sebanding dengan kebutuhan oksigen otot jantung.
Biasanya sekitar 70 % oksigen di dalam darah arteri koroner dipindahkan selagi
darah mengalir melalui otot jantung. Karena tidak banyak oksigen yang tersisa,
maka tidak banyak lagi oksigen yang dapat ditambahkan ke otot jantung kecuali
bila aliran darah koroner meningkat. Untungnya, aliran darah koroner meningkat
hampir berbanding lurus dengan setiap konsumsi oksigen tambahan bagi proses
metabolik di jantung.
Namun cara yang pasti
bagaimana peningkatan konsumsi oksigen dapat menyebabkan dilatasi koroner masih
belum dapat ditentukan. Penurunan konsentrasi oksigen di jantung menyebabkan
dilepaskannya zat-zat vasodilator dari sel-sel otot, dan hal ini akan
menimbulkan dilatasi arteriol. Zat dengan potensi vasodilator yang besar adalah
adenosin. Dengan adanya konsentrasi oksigen yang sangat rendah di dalam sel-sel otot, maka sebagian
besar ATP sel dipecah menjadi adenosin monofosfat, kemudian sebagian kecil
mengalami penguraian lebih lanjut guna membebaskan adenosin ke dalam cairan
jaringan otot jantung. Sesudah adenosin menimbulkan vasodilatasi, sebagian
besar diabsorbsi ke dalam sel-sel jantung untuk digunakan kembali.
Adenosin bukanlah
satu-satunya produk vasodilator yang telah dikenali. Produk vasodilator lainnya
adalah senyawa adenosin fosfat, ion kalium, ion hidrogen, karbondioksida,
bradikinin, dan, kemungkinan prostaglandin dan nitrit oksida.
Namun tetap dijumpai
beberapa kesulitan pada hipotesis vasodilator. Pertama, zat-zat yang
mengahambat atau mengambat sebagian efek vasodilator adenosin tidak mencegah
vasodilator koroner yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas otot jantung.
Kedua, penelitian pada otot rangka telah menunjukkan bahwa infus adenosin yang
terus menerus akan mempertahankan dilatasi vaskular hanya untuk 1 sampai 3 jam,
dan ternyata aktivitas otot akan tetap mendilatasi pembuluh darah lokal bahkan
bila adenosin tidak dapat lagi mendilatasi pembuluh darah tersebut.
c) Pengaturan Aliran Darah Koroner oleh Saraf
Perangsangan saraf otonom ke jantung
dapat mempengaruhi aliran darah koroner baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung merupakan hasil dari kerja langsung zat-zat
transmiter saraf, asetilkolin dari nervus vagus serta norepinefrin dan
epinefrin dari saraf simpatis pada pembuluh darah koroner itu sendiri. Pengaruh
tidak langsung akibat dari perubahan sekunder pada aliran darah koroner yang
disebabkan oleh peningkatan atau penurunan aktivitas jantung.
Pengaruh tidak
langsung, yang sangat berlawanan dengan pengaruh langsung, berperan jauh lebih penting dalam pengaturan aliran
darah koroner yang normal. Jadi, rangsangan simpatis, yang melepaskan
norepinefrin dan epinefrin, meningkatkan frekuensi dan kontraktilitas jantung
serta meningkatkan kecepatan metabolisme jantung. Selanjutnya, peningkatan
metabolisme jantung akan mengaktifkan mekanisme pengaturan aliran darah lokal
guna mendilatasi pembuluh darah koroner, dan aliran darah meningkat hampir
sebanding dengan kebutuhan metabolik otot jantung. Sebaliknya, perangsangan
vagus, yang melepaskan asetilkolin, akan memperlambat jantung dan memberi
sedikit efek penekanan pada kontraktilitas jantung. Kedua efek ini akan
menurunkan konsumsi oksigen jantung, dan karena itu, secara itdak lansung
menyebabkan konstriksi arteri koroner.
d) Pengaruh Langsung Perangsangan Saraf pada Pembuluh Darah Koroner
Distribusi serabut saraf
parasimpatis (vagus) di sistem koroner ventrikel tidak terlalu banyak.
Namun, asetilkolin yang dilepaskan
akibat perangsangan parsimpatis memilki efek langsung untuk mendilatasi arteri
koroner.
Terdapat persarafan
simpatis yang jauh lebih luas di pembuluh darah koroner. Zat transmiter
simpatis norepinefrin dan epinefrin dapat memberi efek dilator atau konstriktor
pada pembuluh darah, bergantung pada ada atau tidaknya reseptor konstriktor
atau dilator di dinding pembuluh darah. Reseptor konstriktor disebut reseptor
alfa dan reseptor dilator disebut
reseptor beta. Reseptor alfa dan beta ada di pembuluh darah koroner.
Pada umumnya, pembuluh darah koroner epikardial mempunyai reseptor alfa yang
lebih banyak, sedangkan arteri intramuskular memiliki lebih banyak reseptor
beta. Karena itu, perangsangan simpatis, setidaknya secara teoritis, dapat
menyebabkan sedikit konstriksi atau dilatasi koroner yang menyeluruh, tetapi
biasanya lebih banyak konstriksi. Pada beberapa orang, efek vasokonstriktor
alfa tampak sangat tidak seimbang, dan orang-orang ini dapat mengalami iskemia
miokardium vasospastik selama periode perangsangan simpatis yang berlebihan,
sering kali menyebabkan nyeri angina.
Faktor metabolik
(terutama konsumsi oksigen miokardium) merupakan pengendali utama aliran darah
miokardium. Bilamana efek langsung perangsangan saraf mengubah aliran darah
koroner ke arah yang salah, pengaturan metabolik terhadap aliran koroner biasanya
akan menghilangkan pengaruh saraf yang bekerja langsung dalam waktu beberapa
detik.
3. Gambaran Khusus Metabolisme Otot Jantung
Dalam keadaan istirahat, otot
jantung biasanya menggunakan asam lemak untuk menyuplai sebagian besar
energinya dan bukan karbohidrat (sekitar 70 % energi berasal dari asam lemak).
Namun, seperti juga pada jaringan lainnya, pada keadaan anaerobik atau iskemik,
metabolisme jantung harus memakai mekanisme glikolisis anaerobik untuk
energinya. Namun, glikolisis memakai glukosa darah dalam jumlah yang banyak
sekali dan pada waktu yang bersamaan membentuk sejumlah besar asam laktat di
jaringan jantung, yang mungkin merupakan salah satu penyebab nyeri jantung pada
keadaan iskemik jantung.
Seperti yang terjadi
pada jaringan lainnya, lebih dari 95 presen energi metabolik yang dilepaskan
dari makanan dipakai untuk membentuk ATP
di dalam mitokondria. ATP ini kemudian bekerja sebagai pembawa energi untuk
kontraksi otot jantung dan fungsi seluler lainnya. Pada iskemia koroner yang berat,
ATP mula-mula terurai menjadi adenosin difosfat, kemudian menjadi adenosin
monofosfat dan adenosin. Karena membran sel otot jantung bersifat sedikit
permeabel bagi adenosin, maka banyak adenosin dapat berdifusi dari sel otot
masuk ke dalam sirkulasi darah.
Adenosin yang
terlepas ini dianggap sebagai salah satu zat yang menyebabkan dilatasi arteriol
koroner selama hipoksia koroner. Namun, hilangnya adenosin ini juga membawa
akibat yang serius pada sel. Dalam waktu paling sedikit 30 menit setelah
iskemia koroner yang berat, seperti yang terjadi setelah infark miokardium,
kira-kira setengah dari basa adenin dapat hilang dari sel-sel otot jantung yang
terkena. Selanjutnya, kehilangan ini dapat diganti oleh sintesis adenosin baru dengan kecepatan hanya 2 persen
per jam. Karena itu, bila serangan iskemia yang serius telah berlangsung selama
30 menit atau lebih, maka usaha untuk menghilangkan iskemia koroner mungkin
sudah terlambat untuk menyelamatkan kelangsungan hidup sel-sel jantung. Hal ini
hampir pasti menjadi salah satu penyebab utama kematian sel-sel jantung selama
iskemia miokardium.
B. Metabolisme Otot Jantung Iskemia
Kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan
menyebabkan terjadinya iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan,
dan menekan fungsi miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen mendorong
miokardium untuk mengubah metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob.
Metabolisme anaerob melalui jalur glikolitik jauh lebih tidak efesien apabila
dibandingkan dengan metabolisme aerob melalui fosforilasi oksidatif dan siklus
kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi menurun cukup besar. Hasil akhir
metabolisme anaerob (yaitu asam laktat) akan tertimbun sehingga menurunkan pH
sel.
Gabungan efek hipoksia, berkurangnya
energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel
kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang,
serabut-serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang. Selain itu,
gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut
akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berubahnya daya kontraksi dan
gangguan gerakan jantung menyebabkan perubahan hemodinamika. Perubahan
hemodinamika bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia, dan
derajat Prespon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya volume
sekuncup (jumlah darah yang keluar setiap kali jantung berdenyut). Berkurangnya
pengosongan ventrikel saat sistol akan memperbesar volume ventrikel. Akibatnya
tekanan jantung kiri akan meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan
tekanan baji dalam kapiler paru-paru akan meningkat. Tekanan semakin meningkat
oleh perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding yang kurang
lentur semakin memperberat peningkatan tekanan pada volume ventrikel tertentu.
Pada iskemia,
manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan
darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri. Terlihat jelas bahwa pola ini
merupakan respons kompensasi simpais terhadap berkurangnya fungsi miokradium.
Dengan timbulnya nyeri, sering terjadi perangsangan lebih lanjut oleh
katekolamin. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokardium yang
terserang iskemia cukup luas atau merupakan suatu respon vagus.
I. STROKE
VOLUME,CARDIAC OUTPUT SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA.
Stroke
Volume (Isi sekuncup)
Isi sekuncup (Stroke Volume) adalah
jumlah darah yang dipompa jantung ke dalam aorta setiap denyut ventrikel.
Volume sekuncup ditentukan oleh 3 faktor yang mempengaruhinya yaitu:
· Kontraktilitas
instrinsik otot jantung
· Derajat
penegangan otot jantung sebelum kontraksi (preload)
· Tekanan
yang harus dilawan otot jantung untuk menyemburkan darah selama kontraksi
(afterload).
Cardiac Output (Curah Jantung)
Curah jantung
(Cardiac Output) adalah jumlah darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri
setiap menit. Curah jantung normal adalah 4 sampai 6 liter per menit pada
orang dewasa yang sehat dengan berat badan 70 kg saat istirahat. Volume darah
yang bersirkulasi berubah sesuai kebutuhan oksigen dan metabolik tubuh.
Misalnya, selama latihan, kehamilan, demam, curah jantung meningkat, tetapi
selama tidur, curah jantug menurun. Curah jantung dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Curah Jantung (CJ) = Volume Sekuncup (VS) x Frekuensi Denyut
Jantung (FDJ)
Curah jantung
pada lansia dapat dipengaruhi tegangan dinding arteri yang meningkat dan
hipertrofi miokard yang sedang akibat peningkatan darah sistolik.
Faktor
yang Mempengaruhi curah Jantung :
Ø Pengaturan volume sekuncup
Ø Control frekuensi jantung
J. ALUR
BALIK VENA DAN PENGATURANNYA.
Jumlah darah kembali ke jantung
melalui vena cava superior dan inferior berperan dalam sistem cardiac
output. Kekuatan kontraksi ventrikel kiri mengalirkan darah menuju aorta dan
kemudian menuju arteri, arteriole dan kapiler-kapiler, tidak cukup untuk
mengembalikan darah menuju vena kembali ke jantung.
Faktor
lain berperan dalam membantunya ke vena :
Ø Posisi tubuh. Gravitasi membantu aliran darah vena kembali dari
kepala dan leher ketika seseorang berdiri atau duduk dan memberikan sedikit
perlawanan ke pembuluh balik dari bagian bawah tubuh ketika seseorang
merebahkan diri.
Ø Kontraksi otot. Kontraksi otot, terutama sekali rangka otot
menyimpan tekanan pada vena. Tekanan ini memiliki efek dari dorongan darah
kembali ke jantung.
Ø Efek pergerakan respiratori. Selama inspirasi, ekspansi dada
menghasilkan tekanan negatif sampai toraks membantu aliran darah kembali ke
jantung. Ketika diafragma turun selama inspirasi, tekanan intra abdomen
meningkat dan memeras darah menuju ke jantung.
Ø Tekanan vena sentral merupakan tekanan darah pada pembuluh vena
besar pada muaranya di atrium kanan. Tekanan vena sentral diatur oleh dua
keseimbangan:
Ø Kemampuan jantung untuk memompakan darah keluar dari atrium
kanan.
Ø Kecenderungan darah untuk mengalir dari perifer ke atrium kanan.
K. BUNYI
JANTUNG.
Tahapan
bunyi jantung:
1.
Bunyi
pertama: lup
2.
Bunyi
kedua : Dup
3.
Bunyi
ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4.
Bunyi
keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi pertama
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin.
2009. Fisiologi tubuh manusia untuk
mahasiswa keperawatan. Jakarta
Penerbit:
Salemba Medika.
Ethel
Sloane.2003. Anatomi dan fisiologi untuk
pemula.Jakarta
Penerbit:
Buku Kedokteran EGC
Guyton
& Hall.2012.Buku ajar fisiologi
kedokteran.Jakarta
Penerbit:
Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar